Beberapa Bentuk Pengobatan Tradisional yang Berkembang Pada Masyarakat Aceh

Beberapa contoh pengobatan tradisional pada suatu penyakit yang masih berkembang dan bertahan pada masyarakat :

1.      Sijundai (Intrance Roh Halus)
Sijundai adalah penyakit yang sangat terkenal di daerah pesisir barat dan selatan Aceh pada zaman dulu. Penyakit ini termasuk kategori peunyaket donya yang disebabkan oleh kekuatan supranatural. Penyebab sijundai karena jipeukeunong (dikirim) oleh seseorang laki-laki kepada seorang perempuan dan dapat pula terjadi sebaliknya. Berbagai jenis ini penyakit yang termasuk dalam kategori gila ini adalah sijundai bungong (sijundai bunga), sijundai ie (sijundai air), sijundai angon (sijundai kayu), dan sijundai batee (sijundai batu).

Penyakit ini dilakukan dengan cara mengirimkan makhluk halus ke dalam tubuh seseorang. Ciri-ciri terkena penyakit ini adalah matanya akan terbelalak, bicaranya tidak karuan terus-menerus yang disertai dengan jeritan histeris disertai dengan meronta-ronta. Bahkan ada yang sampai memanjat dinding rumah sehingga kadangkala tidak dapat diterima akal sehat. Apabila sedang mengalami kambuhan (intrance), maka kekuatan si penderita menjadi berlipatganda dan luar biasa. Kadangkala beberapa orang tidak akan sanggup menenangkannya. 

Penyakit ini sifatnya kambuhan, artinya kadangkala datang, kadangkala hilang sendiri. Saat sedang sakit (intrance), ia menceritakan hal-hal yang menyangkut dengan alam metafisik. Sedangkan di saat berhenti, si sakit seperti orang normal. Ciri-ciri fisik penderita penyakit ini, kuku jari tangan dan kaki menjadi berubah hijau kehitam-hitaman. Penyakit ini tidak dapat diobati dengan cara medis, sehingga ditangani oleh dukun atau tabib dengan cara dirajah dengan doa-doa tertentu atau dengan cara dirajah. Jika tidak ada kecocokan (meurasi), maka penyakit ini agak susah disembuhkan meskipun diobati dengan ubat gampong (pengobatan tradisional). Namun jika meurasi, maka penyakit inipun dapat disembuhkan secara total.

2.       Teukeunong (Terkena Kiriman Orang)
Penyakit ini hampir sama dengan meurampot, namun lebih bersifat peunyaket donya akibat kiriman dari seseorang yang bertujuan untuk menyakiti seseorang. Penyembuhannya harus dengan ilmu supranatural melalui dukun atau tabib. Sedangkang teungku atau ulama sangat jarang diminta bantuannya untuk menyembuhkan penyakit semacam ini. Pengobatannya dilakukan dengan metode meurajah dengan pemberian obat-obatan berupa ramu-ramuan. Ramu-ramuan tidaklah selalu sama, tergantung kepada makhluk halus apa yang membuat si pasien menderita sakit.

3.       Seureubok (Serbuk)
Seureubok merupakan jenis ramuan berbahaya yang diolah seseorang untuk mencelakai orang lain dengan mengirim suatu penyakit kepada orang yang tidak disukainya tersebut. Proses yang dilakukan adalah melalui media dari perangkat yang melekat pada tubuh orang yang akan dibuat sakit, misalnya dari rambut, pakaian dalam, dan lain-lain sebagainya.

Selanjutnya bahan-bahan tersebut dibakar dan abunya dicampur dengan seureubok yang ditambahi dengan serbuk besi, emas, ataupun perak. Pada saat dilakukan ritual pembakaran atas benda-benda tersebut, si pembuat seureubok meniatkan bahwa benda-benda yang dibakar adalah simbolisasi dari diri atau tubuh seseorang yang dibuat supaya menderita sakit. Ciri-ciri terkena Seureubok adalah sakit yang berlarut-larut atau dalam konteks lokal disebut “meura idee”. Biasanya penyembuhan penyakit ini ditangani oleh dukun atau tabib yang dianggap meurasi atau chemistry dengan si pasien.

4.      Jipeumalang (Mengirim Kesialan Kepada Seseorang Gadis)
Penyakit ini dikirimkan kepada seseorang gadis sehingga sampai tua tidak akan mendapatkan jodohnya atau tidak akan ada yang meminang karena dibuat menjadi sangat tidak tertarik di mata semua laki-laki. Biasanya penyakit ini dikirimkan oleh seseorang laki-laki yang mendendam dan tidak menyukai seseorang gadis melalui perantara dukun. Pengobatan penyakit ini menggunakan jasa seseorang blien atau bidan gampong (bidan tradisional) yang bisa meurajah (melafalkan doa-doa dan memahami ritual penolak kemalangan tersebut). Ritual pelenyapan kemalangan ini harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak boleh diketahui oleh seorangpun. Perlengkapan ritual pengobatannya menggunakan bu leukat peuleumak atau ketan bersantan. Di dalam ketan tersebut, dimasukkan rambut, kuku, sobekan seluruh pakaian dalam, dan sobekan kain dari si gadis yang terkena kemalangan serta ditambah dengan uang sekedarnya. Semua perlengkapan ritual itu kemudian dirajah lalu dibungkus dalam sebuah bungkusan.

Ritual selanjutnya adalah dipeusa-dua yang dilakukan dengan cara mengibaskan-ngibaskan bungkusan sebanyak tujuh kali yang dilafalkan oleh blien secara berurutan dari satu sampai tujuh untuk menghilangkan kesialan dari tubuh si gadis tersebut. Selanjutnya bungkusan diletakkan di persimpangan jalan yang ramai ketika jalanan masih sepi. Apabila bungkusan tersebut sudah tidak terlihat lagi atau diambil seseorang, maka kesialan dari gadis tersebut biasanya akan menghilang dengan sendirinya.

5.      Reuhat (Gatal-Gatal di Kulit)
Reuhat adalah penyakit kiriman seseorang yang tidak menyukai seseorang. Ciri-cirinya adalah, kulit terasa gatal yang teramat sangat. Reuhat ini ada mengeluarkan air dan ada yang kering. Apabila yang berair, jika terkena lelehan airnya, maka akan menimbulkan rasa gatal di bagian yang terkena lelehan tersebut. Penyakit reuhat biasa dibuat dengan racikan dari berbagai ramuan natural, seperti minyak ulat bulu, sari sejenis buah aren muda atau boh janeng, daun jilatang, dan benda-benda yang mengantung sifat gatal lainnya. Ramuan itu kemudian dipeusyarat atau disimbolisasikan, misalnya dengan seonggok daging yang telah dibungkus atau kemudian diletakkan di atas pelepah daun keladi sehingga lama-kelamaan akan membusuk dan mengeluarkan air.

Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan meurajah ke dukun atau tabib, dengan pemberian ramuan ubat gampong seperti, daun kacang panjang, biji aren yang ditumbuk halus, upih pinang tua, daun pisang kelat, akar pohon kelapa yang masih berwarna merah, jagung, asam jeruk purut, dan belerang. Semua ramuan terlebih dahulu dijemur, kemudian disangrai terus ditumbuk dan dihaluskan. Setelah hancur seperti sambal dan berminyak maka dapat dilumuri pada bagian yang terkena reuhat.

6.      Beusee (Hantu Anjing)
Penyakit beusee ini juga merupakan peunyaket donya akibat hantu beusee atau makhluk halus yang dipelihara dan dipuja oleh seseorang dukun. Gejala penyakit ini adalah tumbuhnya cabok (borok) pada salah satu bagian dari tubuh si pasien yang terus membengkak dan berwarna hitam kebiru-biruan. Penyakit ini dapat disembuhkan oleh dukun atau tabib dengan ubat gampong melalui terapi yang kontinu sampai benar-benar sembuh. Obat-obatnya berupa ramuan yang terdiri dari buah maja, rumput gajah, minyak tulang kerbau mati, dan daun pandan musang. Keseluruhan ramuan obat ini kemudian dihaluskan, selanjutnya didoakan oleh dukun atau tabib, lalu dioleskan ke tubuh si sakit sampai benar-benar sembuh.

Tidak ada komentar untuk "Beberapa Bentuk Pengobatan Tradisional yang Berkembang Pada Masyarakat Aceh"