Cara Pengambilan Sampel Penelitian dan Pertimbangan Dalam Menggunakan Sampel

Populasi dan sampel merupakan bagian penting dalam penelitian walaupun tidak selamanya sampel itu harus ada. Artinya, sampel itu ada kalau diperlukan untuk memudahkan penelitian. Oleh karena itu, penelitian harus mempunyai permasalahan dan tujuan yang jelas. Jika melibatkan sejumlah orang harus diputuskan terlebih dahulu kerangka konsepsionalnya sebagai batasan operasional dalam menentukan: 

1) apakah penelitian yang dilakukan akan meliputi keseluruhan populasi
2) apakah hanya akan mencari dan mengambil sebagian populasi. 


Beberapa pertimbangan dalam memutuskan perlu tidaknya menggunakan sampel adalah sebagai berikut.
1) Besarnya Populasi Jika populasi yang diambil cukup besar, penggunaan sampel sangat diperlukan.
2) Biaya yang Tersedia Jika dana yang tersedia kurang memadai untuk menjangkau populasi perlu digunakan sampel.
3) Sarana dan Prasarana yang Tersedia Apabila sarana, prasarana, dan transportasi untuk menjangkau responden sulit dilakukan, sampel diperlukan.
4) Waktu dan Tenaga yang Tersedia Perlu diperhatikan waktu dan tenaga yang tersedia untuk mendapatkan data. Apabila waktu penelitian singkat dan tenaga yang tersedia terbatas perlu digunakan sampel.
5) Bebas dari Sifat Bias
Di dalam pengambilan sampel harus diusahakan agar sampel yang terbentuk bebas dari sifat memihak atau bias.

Pengambilan sampel harus dilaksanakan secara hati-hati agar keterangan yang diperoleh mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi.
Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut.
1) Menentukan bentuk atau jenis sampel yang paling efisien dan menghasilkan keterangan paling saksama.
2) Menentukan cara pengambilan sampel dan menentukan siasat penarikan anggota sampel sehingga sampel bias (sifat memihak yang terdapat di dalam sampel) dapat dihindarkan.
3) Mempertegas hal-hal yang harus diselidiki, yaitu keterangan apa yang akan dikehendaki, bilamana keterangan itu diperlukan, dan bagaimana tinggi kesaksamaan keterangan yang diinginkan.
4) Menyusun kuesioner, formulir wawancara, atau daftar pertanyaan yang akan dipakai langsung oleh penginterview.
5) Memasukkan anggota populasi ke dalam sampel.
6) Memeriksa data yang terkumpul terlebih dahulu sebelum memperoleh keterangan dari dalamnya.
7) Menyusun hasil penarikan sampel ke dalam daftar dan grafik agar data tersebut lebih mudah ditafsirkan apabila tidak ada lagi kekurangan dan kesalahan.

Cara Pengambilan Sampel


Dalam pengambilan sampel secara random (random sampling), harus memakai cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dimasukkan menjadi anggota sampel. Di dalam random sampling, kalau menarik anggota sampel dari seluruh populasi tanpa memakai aturan disebut unrestricted sampling (penarikan sampel tak terbatas).
Di bawah ini disajikan suatu cara pengambilan sampel. Mula-mula sampel dibagi atas dua bagian yang dibentuk menurut aturan yang bergantung pada jalannya penarikan sampel.

1) Sampel Tetap (Fixed Sampling Design)

Sampel tetap adalah cara pengambilan sampel yang dibentuk mengikuti aturan tertentu. Aturan itu tidak akan diubah selama penarikan sampel. Jenis sampel tetap, antara lain sebagai berikut.
a) Sampel tak terbatas (unrestricted random sampling) adalah sampel yang anggotanya dipilih langsung dari seluruh populasi dengan tidak membagi populasi itu lebih dahulu atas kelas atau golongan. Penarikan anggota populasi ke dalam sampel dilakukan dengan memakai cara sebagai berikut. (1) Cara sederhana adalah cara penarikan sampel dengan memberi nomor setiap anggota populasi dan anggota sampel dipilih dengan memakai nomor random.

(2) Cara sistematis
adalah sampel yang ditarik dengan memasukkan anggota populasi terlebih dahulu di dalam suatu daftar atau bentuk deretan lain. Setelah menentukan dari mana memulai, anggota sampel dipilih dengan memakai interval tertentu.

b) Sampel terbatas (restricted sampling) adalah sampel yang dibentuk dengan membagi populasi atas bagian atau golongan. Selanjutnya, dari bagian tersebut dipilih beberapa anggota sampel atau golongan secara random. Dari golongan yang terpilih, sebagian besar atau seluruh anggota dimasukkan menjadi anggota sampel.
Bentuk sampel terbatas sebagai berikut.
(1) Sampel bertingkat banyak adalah sampel yang terbentuk dengan menarik sampel kecil dari golongan yang terpilih dengan menggunakan probabilitas yang sama dan probabilitas sebanding dengan ukuran relatif.
(a) Probabilitas yang sama, artinya dari setiap golongan itu dipilih sejumlah anggota untuk dimasukkan ke dalam sampel dan setiap anggota golongan tersebut mempunyaiprobabilitas yang sama untuk dimasukkan ke dalam subsampel.
(b) Probabilitas yang sebanding dengan ukuran relatif atau besar relatif dari golongan tersebut. Misalnya, salah satu golongan mempunyai 50 persen dari anggota populasi seluruhnya. Jadi, besar relatif golongan tersebut adalah 50 persen sehingga probabilitas setiap anggota golongan dua kali probabilitas anggota golongan kedua yang terdiri atas 25 persen dari seluruh populasi untuk dimasukkan ke dalam sampel.

(2) Sampel berstrata adalah sampel yang terbentuk dengan membagi populasi atas tingkat-tingkat atau kelas-kelas. Anggota sampel ditarik dari setiap kelas sehingga setiap kelas diwakili di dalam sampel. Banyaknya anggota sampel yang berasal dari setiap kelas ada kemungkinan sebagai berikut.
(a) Tidak tergantung pada besarnya stratum, misalnya setiap stratum diwakili oleh sejumlah anggota yang sama banyaknya dengan tidak memperhatikan perbedaan yang terdapat pada strata.
(b) Sebanding dengan besar relatif setiap kelas dan besarnya penyebaran yang terdapat di dalam setiap stratum.
(c) Sebanding dengan besar relatif setiap kelas.

(3) Cluster sample adalah sampel yang ditarik dengan cara memilih secara random beberapa strata. Seluruh anggota strata yang terpilih atau sebagian besar dimasukkan ke dalam sampel. Jadi, dapat dikatakan unsur kerandoman dimasukkan sewaktu memilih strata yang akan diwakili hanya di dalam sampel, bukan memilih anggota.

2) Sampel yang Dibentuk Menurut Aturan (Sequential Sampling)


Di dalam penarikan sampel ini, sebuah sampel yang random berukuran kecil ditarik dan dianalisis dahulu. Sesudah menganalisis sampel kecil, dapat ditentukan apakah penarikan sampel yang lebih besar masih perlu dilakukan. Apabila masih perlu dilakukan lagi haruslah ditentukan berdasarkan hasil analisis sampel kecil tadi. Sequential sampling dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut.

a) Sampel yang ditarik secara bertingkat. Dalam hal ini, sampel ditarik berkali-kali. Setiap sampel yang baru ditarik digabungkan dengan sampel yang ditarik sebelumnya. Misalnya, untuk maksud tertentu, ditarik sampel yang berukuran 50. Sesudah menganalisis sampel ini, apabila masih diragukan kesaksamaannya, ditarik sebuah sampel lagi yang berukuran 50 dan digabungkan ke dalam sampel yang pertama. Jadi, sampel menjadi berukuran 100 dan kemudian dianalisis.
b) Dengan mengamati satu per satu anggota populasi, pengamatan dilakukan terus-menerus sehingga keterangan yang diperoleh dirasa cukup memuaskan.

d. Beberapa Sampling Terpenting

1) Stratified Sampling


Pengambilan sampel ini dilaksanakan untuk populasi yang mengandung strata, yaitu golongan atau kelas yang berupa tingkat atau lapisan. Sampel yang dibentuk harus merupakan perwakilan seluruh golongan. Artinya, setiap stratum harus terwakili dalam sampel sehingga sampel itu benar-benar merupakan gambaran yang baik dari sebuah populasi. Unsur kerandoman haruslah dimasukkan dalam sampel itu pada saat pemilihan anggota strata. 

Bentuk stratified sampling sebagai berikut.
a) Area sampling adalah sampel yang diperoleh dengan mensampel daerah. Misalnya, suatu negara yang dibagi atas 50 daerah dipilih beberapa daerah secara random untuk dijadikan sampel. Daerah yang terpilih dibentuk lagi menjadi beberapa subsampel, yaitu bagian dari sampel yang mewakili daerah itu. Dengan menggabungkan semua subsampel terbentuklah sampel yang diinginkan. Ada kalanya dibentuk sampel dengan memakai semua atau sebagian besar anggota daerah yang terpilih sebagai anggota sampel. Di dalam hal itu berarti dilakukan cluster sampling. 

b) Quota samplingadalah cara penarikan sampel dengan menentukan stratanya berdasar sifat-sifat yang dianggap mempunyai pengaruh paling besar terhadap variabel yang akan diselidiki. Jumlah anggota yang diambil dari setiap stratum ditentukan terlebih dahulu dengan cara setiap stratum ditentukan quotum lebih dahulu. Dasar penentuan quotum, antara lain dengan alasan geografis, ekonomis, dan sosiologis.

c) Sampel sebanding adalah penarikan sampel dengan cara proporsional quota sample diperoleh dengan mengambil anggota strata sedemikian rupa sehingga setiap stratum diwakili oleh sejumlah anggota yang sebanding dengan besarnya stratum itu.

2) Purposive Sampling

Suatu cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Anggota sampel dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang dibentuk mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi. Dalam penarikan sampel, unsur random selection tidak dibiarkan bekerja penuh, tetapi dicoba dengan mempengaruhi pembentukan sampel. Misalnya, sebuah sampel dihitung sehingga harga rata-rata hitung sampel sama dengan harga rata-rata hitung populasi. Setiap mengamati dan mempertimbangkan apakah satu anggota akan dimasukkan dalam sampel pengambilan keputusan harus melihat ke arah mana harga rata-rata hitung sampel dipengaruhi penambahan anggota ke dalam sampel. Sebuah anggota akan dimasukkan ke dalam sampel apabila masuknya anggota tersebut akan mendekatkan harga ratarata hitung sampel pada harga rata-rata hitung populasi. Apabila dimasukkannya sebuah anggota ke dalam sampel menjauhkan harga rata-rata hitung sampel dari harga rata-rata hitung populasi, anggota tersebut tidak akan dimasukkan ke dalam sampel.

3) Double Sampling


Double sampling dimulai dengan sebuah sampel kecil untuk dapat memperoleh keterangan yang diinginkan. Apabila keterangan yang diinginkan tidak diperoleh dari sampel yang kecil atau kalau kesaksamaan keterangan disangsikan, harus ditarik lagi anggota populasi untuk dimasukkan ke dalam sampel. Oleh karena itu, kita sekarang mempunyai sebuah sampel yang lebih besar yang diharapkan dapat memberi keterangan yang lebih saksama.

**
Sumber Referensi:
Ruswanto. 2009. Sosiologi SMA / MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar untuk "Cara Pengambilan Sampel Penelitian dan Pertimbangan Dalam Menggunakan Sampel "