Asal Usul Suku Badui dan Adat Istiadatnya

Indonesia memiliki beragam suku yang tersebar di seluruh daerah. Dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia, masih ada beberapa suku yang masih asli dan tidak terpengaruh kemajuan jaman. Salah satunya adalah suku Baduy. Orang dari suku Baduy ini adalah sekelompok orang masyarakat Sunda yang berada di wilayah kabupaten Lebak, Banten.

Masyarakat Baduy (faktualnews.co)

Asal-usul nama Baduy

Sebenarnya nama Baduy adalah sebutan yang diberikan oleh peneliti dari Belanda. Mereka sepertinya menyamakan orang Baduy dengan orang Arab Badawi yang memiliki karakteristik nomaden atau berpindah-pindah.

Baca juga:
Sejarah Peradaban Islam di Tunisia
Sejarah Asal Usul Lahirnya Pancasila

Sebutan Baduy bisa juga berasal dari nama Gunung Baduy dan Sungai Baduy yang berada di sebelah utara daerah tersebut. Sedangkan suku Baduy tersebut lebih suka menyebut dirinya urang Kanekes / orang kanekes yang mengacu dari nama kampung mereka.

Bahasa Suku Baduy


Mereka menggunakan bahasa sunda dengan dialek a-Banten sebagai bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Namun saat mereka berkomunikasi dengan orang yang berasal dari luar suku akan menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar. Meskipun mereka tidak mempelajari hal tersebut dan tidak sekolah.

Budaya tulis tidak dikenal oleh orang baduy “dalam”, sehingga semua cerita nenek moyang, adat istiadat, dan kepercayaan atau agama hanya lewat tutur kata saja dan tidak tersimpan dalam tulisan.

Orang Kenekes percaya bahwa mereka adalah keturunan yang berasal dari Batara Cikal, yaitu salah satu dewa dari tujuh dewa yang mereka yakini diutus ke bumi.
Mereka juga menghubungkan asal usul mereka dengan Nabi Adam dan keturunannya yang mereka percayai memiliki misi dan tugas menjaga harmoni dunia.

Asal-Usul Orang Suku Baduy

Asal usul orang baduy yang mereka percayai berbeda dengan sejarah yang ada. Ahli sejarah mengacu dari prasasti, cerita rakyat Tatar Sunda, dan juga catatan perjalanan dari pelaut Tiongkok dan Portugis mengungkapkan bahwa asal usul suku Baduy adalah bagian dari Kerajaan Sunda.

Pada abad ke 16 sebelum runtuhnya Kerajaan Sunda dan sebelum adanya Kesultanan Banten, bagian ujung Jawa ini menjadi bagian yang penting bagi Kerajaan Sunda karena merupakan pelabuhan dagang yang besar. Sungai Ciujung memiliki peran penting karena digunakan sebagai jalan pengangkutan hasil bumi dari pedalaman dan berbagai perahu dapat berlayar disitu. 

Pangeran Pucuk Umum

Saat itu Pangeran Pucuk Umum sebagai penguasa wilayah tersebut merasa bahwa daerah Sungai Ciujung merupakan bagian yang penting sehingga harus dilindungi. Oleh karena itu Pangeran Pucuk Umum memerintahkan sekelompok prajurit terlatih kerajaan untuk menjaga wilayah tersebut dan mengelolanya. Daerah tersebut adalah daerah hutan lebat di area Gunung Kendeng.
Sekelompok prajurit terlatih tersebut sepertinya merupakan cikal bakal Suku Baduy ini. Perbedaan cerita asal usul antara cerita Suku Baduy dan sejarah yang ada menimbulkan spekulasi bahwa identitas mereka ditutup-tutupi yang tujuannya mungkin untuk menjaga dan melindungi kelompok tersebut dari serangan musuh Kerajaan Sunda. 

Orang Kenekes memiliki kepercayaan sendiri. Mereka menyebutnya Sunda Wiwitan. Akar kepercayaan ini adalah dari pemujaan terhadap arwah nenek moyang atau disebut juga animisme dan pada perkembangannya dipengaruhi oleh agama lain yang sudah masuk ke wilayah tersebut yaitu Hindu, Budha, dan juga Islam.

Kepercayaan Suku Baduy

Kepercayaan Sunda Wiwitan memiliki adat mutlak atau pikukuh yang dianut oleh orang kanekes dalam kehidupan sehari-hari. Isi pikukuh yang paling penting adalah adanya konsep perubahan sedikit mungkin atau tanpa perubahan apapun.

Masyarakat Kanekes memiliki objek kepercayaan tertinggi yang tempatnya tersembunyi dan hanya ketua adat atau puun dan beberapa masyarakat terpilih yang dapat ke tempat pemujaan tersebut.

Objek kepercayaan tersebut adalah Arca Domas. Pemujaan di Arca Domas hanya dilakukan setahun sekali di bulan Kalima. 

Di daerah tempat pemujaan Arca domas terdapat batu lumpang yang didalamnya menyimpan air hujan. Warga Kanekes percaya bahwa jika watu lumpang tersebut berisi penuh dengan air jernih maka hujan akan turun dengan intensitas tinggi dan panen akan berhasil. Sedangkan jika didapati watu itu kering atau airnya keruh adalah tanda gagal panen.

Kelompok Suku Baduy

Masyarakat baduy terbagi menjadi dua, yaitu baduy dalam dan baduy luar. Masyarakat baduy dalam adalah masyarakat yang benar benar teguh menjaga adat dan istiadatnya.
Sedangkan orang baduy luar adalah masyarakat baduy namun sudah mulai mengenal beberapa peralatan modern walau masih memegang adat suku baduy tersebut.
Apapun kebenaran tentang sejarahnya, yang pasti suku baduy, merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia. Yang wajib terus di jaga dan dilindungi kelangsungan hidupnya.

Demikianlah pembahasan singkat mengenai sejarah asal usul suku Badui, Indonesia. Semoga bermanfaat.

**
Sumber: 
www.eventzero.org

2 komentar untuk "Asal Usul Suku Badui dan Adat Istiadatnya"

Posting Komentar