Awal Mula Konflik Palestina dengan Israel

 Sejarah konflik antara Palestina dan Israel dimulai pada akhir abad ke-19 dengan munculnya gerakan nasionalisme di Eropa Timur. Pada saat itu, banyak orang Yahudi mengalami diskriminasi dan penindasan di berbagai negara Eropa. Sebagai respons terhadap hal ini, gerakan Zionisme muncul, yang bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di tanah air mereka yang dijanjikan, yaitu tanah Palestina.



Pada tahun 1917, Inggris menerbitkan Balfour Declaration yang mendukung pendirian "tanah air nasional" bagi orang Yahudi di Palestina. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, Inggris menguasai Palestina di bawah mandat Liga Bangsa-Bangsa. Namun, implementasi Balfour Declaration menimbulkan ketegangan antara penduduk Arab Palestina dengan imigran Yahudi yang semakin meningkat.


Selama dekade 1920-an dan 1930-an, konflik antara komunitas Arab dan Yahudi Palestina semakin meningkat, baik melalui bentrokan fisik maupun protes politik. Pada masa itu, kehadiran Yahudi Zionis di Palestina semakin bertambah, seiring dengan semakin banyaknya imigran Yahudi yang datang ke Palestina, terutama selama periode penindasan Nazi di Eropa selama Perang Dunia II.


Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara independen, yaitu negara Yahudi dan negara Arab. Proposal ini diterima oleh pihak Yahudi, tetapi ditolak oleh Arab karena mereka merasa proposal ini tidak adil mengingat mayoritas penduduk Palestina adalah Arab. Tidak lama setelah itu, pada tahun 1948, Inggris mengakhiri mandatnya di Palestina dan Israel mengecap kemerdekaan.


Namun, di saat yang sama, terjadi perang antara negara-negara Arab sekitarnya dengan Israel, yang menyebabkan perang Arab-Israel Pertama. Perang ini berakhir dengan adanya gencatan senjata dan pembentukan perbatasan antara Israel dengan wilayah yang dikuasai oleh negara Arab, termasuk Gaza yang dikuasai oleh Mesir dan Tepi Barat yang dikuasai oleh Yordania.


Perang Arab-Israel Kedua meletus pada tahun 1967 setelah meningkatnya ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab. Dalam waktu singkat, Israel berhasil merebut wilayah Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur dari Mesir dan Yordania. Israel juga merebut wilayah Golan Heights dari Suriah. Perang ini dikenal dengan nama Perang Enam Hari.


Setelah perang ini, banyak pemukiman Israel didirikan di wilayah yang direbut, terutama di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Hal ini memicu kemarahan dan ketegangan antara penduduk Israel dan Palestina yang masih berlanjut hingga saat ini.


Selanjutnya, Perjanjian Oslo ditandatangani pada tahun 1993 antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mewakili rakyat Palestina. Perjanjian ini bertujuan untuk mencapai persetujuan damai dan pembentukan negara Palestina di wilayah yang diduduki oleh Israel. Namun, implementasi perjanjian ini terhenti karena serangkaian kekerasan dan kegagalan negosiasi.


Hingga saat ini, konflik Palestina-Israel masih berlanjut dengan saling serangan, pertempuran, dan pembangunan pemukiman yang terus berlangsung. Upaya perdamaian terus dilakukan oleh berbagai pihak tetapi masalah yang kompleks dan sensitif serta perbedaan pendapat yang dalam terus menghambat tercapainya solusi yang adil dan berkelanjutan bagi kedua belah pihak.

Tidak ada komentar untuk "Awal Mula Konflik Palestina dengan Israel"