Makalah Lengkap Stratifikasi Sosial #Tugas Sosiologi Politik
I. PENGANTAR
Dalam masyarakat yang paling sederhana tidak dijumpai adanya stratifikasi sosial. Semua orang yang memiliki kategori usia dan jenis kelamin yang sama melakukan jenis pekerjaan yang kurang lebih sama. Walaupun dalam masyarakat itu ada beberapa orang yang dihormati dan memiliki pengaruh dibanding orang lain, namun mereka tidak memperoleh jabatan atau kedudukan yang memiliki prestise atau hak-hak istimewa daripada kelompok masyarakat yang lain.
Dalam masyarakat yang semakin berkembang dan kompleks, maka perbedaan status mulai muncul, ini disebabkan karena pekerjaan dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan yang semakin terspesialisasi.
Akibatnya jenis pekerjaan-pun menjadi lebih dihargai dan diberi imbalan yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada jenis pekerjaan lainnya. Demikian halnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup ada masyarakat yang memproduksi lebih banyak daripada kebutuhannya, sehingga beberapa orang menemukan cara-cara untuk mengklaim bagian yang lebih besar bagi dirinya dan anak-anaknya. Orang-orang yang memiliki prestise yang lebih tinggi dan barang yang lebih banyak, cenderung berkelompok sesamanya.
Stratifikasi sosial dalam masyarakat memang tidak jelas batas-¬batasnya, namun tampak bahwa setiap lapisan terdiri dari individu¬-individu dalam masyarakat yang mempunyai tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama. Pelapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri, tetapi dapat pula pelapisan social/stratifikasi sosial itu dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Stratifikasi yang sengaja disusun umumnya berkaitan sengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi formal, misalnya birokrasi pemerintah, universitas, sekolah, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan lain-lain.
Kapankah stratifikasi sosial itu ada ? Hal ini tentu sulit untuk dijawab, Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardimenyatakan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai maka dengan sendirinya stratifikasi sosial akan terjadi.
Stratifikasi social/pelapisan sosial merupakan gejala yang sifatnya umum dan telah ada sejak lama pada setiap masyarakat. Beberapa abad yang lalu Aristoteles (384 - 322 SM), mengemukakan bahwa penduduk dapat dibagi dalam tiga golongan: 1) golongan sangat kaya, 2) golongan sangat miskin, dan 3) golongan yang berada diantara keduanya.Menurut Karl Marx, kelas sosial utama terdiri atas: 1)golongan proletariat, 2) golongan kapitalis (borjuis), dan 3)golongan menengah (borjuis rendah) yang ditakdirkan untuk diubah menjadi golongan proletariat.
Adam Smith membagi masyarakat kedalam kategori sebagai berikut: 1) orang-¬orang yang hidup dari hasil penyewaan tanah, 2) orang-orang yang hidup dari upah kerja, dan 3) orang-orang yang hidup dari keuntungan perdagangan. Thorstein Vebfen membagi masyarakat kedalam 1) golongan pekerja yang berjuang untuk mempertahankan hidup, dan 2) golongan masyarakat yang mempunyai waktu luang yang begitu kayanya sehingga perhatian utamanya hanyatah "pola konsumsi yang menyolok" untuk menunjukkan kekayaannya.
Sayogyo membagi masyarakat petani atas dasar kepemilikan lahan yang dikuasainya di Jawa dalam tiga golongan: 1) Petani lapisan bawah (petani gurem dengan luas tanah < 0,5 ha), 2)Petani lapisan menengah (petani kecil dengan luas tanah antara 0,5 - 1,0 ha), dan 3) Petani lapisan atas (petani kaya,dengan luas tanah > 1,0 ha). Demikian halnya dalam masyarakat miskin di Indonesia digolongkan dalam beberapa kategori yakni: 1) penduduk miskir (penghasilan sehari setara dengan 3,3 dan 4,4 kg beras), 2) penduduk miskin sekali(penghasilan sehari setara dengan 3,3 dan 2,5 kg beras), dan 3) Penduduk paling miskin (miskin sekarat), dengan penghasilan sehari setara dengan < 2,5 kg beras.
II. APAKAH STRATIFIKASI SOSIAL ITU?
Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat/hierarkhis (Pitirin A. Sorakin). Wujud dari stratifikasi ini adalah adanya pembedaan kelas, yaitu kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Dasar dan inti stratifikasi sosial dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta tanggung yawab nilai sosiai dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat. Dalam kata benda stratifikasi sosial memiliki arti sebagai sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat; Sedangkan dalam kata kerja, maka startifikasi sosial adalah proses penyambungan dan perubahan sistem perbedaan status.
Pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal. P.J. Bouman, menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa Belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istemewa tertentu dan menuntut gengsi kemasyarakatan. Strata social/kelas sosial adalah suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Kedudukan seseorang dalam kelas sosial tertentu akan nampak dari bagaimana ia diperlakukan dan penghormatan yang diberikan orang lain terhadap dirinya. Kedudukan sosial seorang pimpinan perguruan tinggi tidaklah sama dengan kedudukan seorang pembersih kantor (cleaning service). Pada umumnya kita bersikap hormat terhadap orang-¬orang yang kedudukan sosialnya lebih tinggi daripada kedudukan sosial kita; sebaliknya, memandang rendah/enteng terhadap orang-orang yang secara sosial kita pandang berada di bawah kedudukan kita. Sikap yang memandang enteng dan mencari muka, serta sikap yang menghalangi atau menolak orang yang tidak "termasuk" dalam suatu strata sosial itu, menyuguhkan bahan yang tidak habis-habisnya bagi ratusan novel, sinetron, film dan acara televisi.
Para anggota suatu strata sosial saling memandang satu sama lain sebagai anggota masyarakat yang setara, serta menilai diri mereka secara sosial lebih hebat dari beberapa orang lainnya. Untuk menebak strata sosial orang secara tepat, maka seseorang membuat beberapa pertanyaan, misalnya: "Pada acara pesta pemikahan siapa mereka diundang sebagai anggota masyarakat yang setara ?" atau "Anak lelaki siapa yang dianggap pantas untuk ditemani oleh anak gadis mereka ?" Para anggota strata sosial tertentu seringkali mempunyai sikap, nilai-nilai, dan cara hidup yang sama, dan tidak hanya ditentukan oleh jumlah uangnya saja. Seperti telah dijelaskan di bagian pengantar, ada banyak penggolongan atau pengkategorian suatu strata sosial, namun tidak ada suatu batasan yang jelas tentang seberapa banyakkah jumlah kelas sosial! Hal ini disebabkan karena strata sosial tidak ditentukan secara tegas sebagai pengelompokan status seperti halnya dalam sistem kepangkatan dalam angkatan bersenjata, atau pengelompokkan golongan dalam birokrasi pemerintah.
Oleh karena itu jumlah strata sosial tidaklah pasti; dan tidak terdapat pula suatu batas dan jarak status (status interval) yang tegas dan jelas. Dengan demikian jumlah strata sosial akan berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Jumlah strata sosial, yang memiliki anggota yang berstatus sama, juga bisa berbeda menurut penilaian peneliti. Sebagai contoh, apabila kita berbicara tentang strata sosial menengah, maka kita tidak mengartikannya sebagai satu kelompok orang yang secara tegas dipisahkan dari strata sosial lainnya oleh jarak status (status interval) yang tertentu; yang dimaksud disini adalah sekelompok orang, yang bergabung pada bagian tengah skala status, yang saling memandang dan bersikap antara satu dengan lainnya sebagai anggota masyarakat yang setara.
Strata sosia/kelas sosial merupakan suatu realitas sosial yang penting, bukan sekedar suatu konsep teoritis, karena manusia memang mengklasifikasi orang lain kedalam kelompok orang sederajat, orang yang lebih tinggi derajatnya, dan orang yang lebih rendah derajatnya. Manakala sejumlah orang menganggap orang-orang tertentu sebagai anggota masyarakat yang sederajat (setara) dan menunjukkan sikap yang berbeda dengan sikap yang mereka tunjukkan kepada orang-orang yang dianggap tidak sederajat, maka perilaku mereka itu menciptakan kelas sosia/strata sosial.
III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN KELAS SOSIAL
Apakah yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan¬-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal semua manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun tidak ada orang-orang yang dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang dipandang rendah kedudukannya.
Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang dalam masyarakat disebut status atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam suatu pola hubungan sosial yangtertentu). Status merupakan unsur utama pembentukan strata sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh penyandang status. Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status seseorang, yaitu: 1. Kriteria kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis keCamin, 2. Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan) 3. Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat, 4. Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda) Otoritas (kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa perlawanan)
Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a. Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu. Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut.
Namun demikian, jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak singkat. Uang juga memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud upah dari pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi.
Dengan demikian, sumber dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya. Jadi, uang memang merupakan determinan kelas sosiai yang penting; hal tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
b. Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya. Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial.
Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat banyak pengecualian. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi. Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua pekerja dalam peradaban kota.
Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata sosial mana orang itu digolongkan.
Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun merupakan indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial seseorang.
c. Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-¬kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang. Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding.
IV. KELAS SOSIAL SEBAGAI SUB-KULTUR
Sebagaimana telah disinggung pada bagian awal, setiap kelas sosial merupakan suatu sub-kultur yang mencakup sistem perilaku, seperangkat nilai, dan cara hidup. Sub-kultur ini berperan dalam membantu orang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang ditempuhnya dan membantu dalam mempersiapkan anak-anak untuk menerima status kelas sosial orong tua mereka. Meskipun dalam beberapa hal terdapat terdapat persamaan dan pengecualian, namun merupakan suatu realita bahwa sosialisasi rata-rata anak kelas sosial menengah berbeda dengan sosialisasi rata-rata anak kelas sosial rendah.
Namun demikian jurang perbedaan sosialisasi antar kelas sosial dapat diperkecil oleh adanya dua faktor:
(1) Adanya kenalan diluar lingkungan kelas sosial, dan
(2) Adanya pengaruh Televisi dan alat komunikasi lain. Dengan adanya kedua faktor tersebut maka mereka memiliki lebih banyak kesamaan pengalaman daripada para pemuda generasi sebelumnya.
V. KELAS SOSIAL DAN PARTISIPASI SOSIAL
Semakin rendah kelas sosial orang, maka semakin sedikit pula keterlibatan meraka dalam perkumpulan-perkumpulan/organisasi dan hubungan sosialnya. -Orang-orang dari kelas sosial rendah lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun (klub, organisasi sosial, atau bahkan perkumpulan keagamaan) - daripada orang-orang kelas sosial menengah. Penyebab rendahnya partisipasi tersebut memang tidaklah jelas. Kemungkinan disebabkan oleh keletihan, beban mengurus lebih banyak anak, biaya, kurangnya perhatian, lebih rendahnya pendidikan dan kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya. Kita hanya bisa memastikan bahwa kehidupan sosial mereka lebih terbatas.
VI. MAKNA KELAS SOSIAL
Makna social adalah:
(1) Menentukan kesempatan hidup,
(2) Menentukan kebahagiaan,
(3) Menanamkan etnosentrisme kelas social,
(4) Menentukan Moralitas Konvensional,
(5) Menjelaskan banyak perbedaan kelompok lainnya,
(6) Membentuk sikap poiitik dan gaya hidup,
(7) Menyelesaikan “Pekerjaan Kotor”, dan
(8) Menyiapkan anggota demi status yang lebih baik
**
Semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar untuk "Makalah Lengkap Stratifikasi Sosial #Tugas Sosiologi Politik"
Posting Komentar