Mengenal Cut Nyak Dhien, Salah Satu Pahlawan Nasional Aceh
Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien adalah seorang wanita Aceh yang telah menjadi pahlawan Nasional, karena memang dalam tubuhnya bersemi semangat pahlawan yang luar biasa. Ketika masih bayi telah didendangkan ketelinganya dengan lagu-lagu yang dapat menanamkan semangat kepahlawanan. Ayahnya menceritakan kepadanya kehebatan para wanita Aceh di masa lalu, sehingga setelah ia tumbuh menjadi dewasa seperti telah ditakdirkan untuk menjadi srikandi, pahlawan bangsa.
Cut Nyak Dhien adalah puteri seorang uleebalang berdarah pahlawan, bernama Teuku Nanta Setia, penguasa VI Mukim Peukan Bada. Neneknya juga seorang bangsawan, Teuku Nanta Syekh, yang sangat dipercayai oleh Sultan Aceh!
Suami Cut Nyak Dhien yang pertama ialah Teuku Ibrahim dari Lam Nga, Montasik, seorang pahlawan yang sangat ditakuti Belanda, yang syahid pada tahun 1873 setelah hanya baru lima tahun menikah dengan Cut Nyak Dhien, dan meninggalkan seorang putri bernama Cutnyak Gambang.
Setelah beberapa tahun Cut Nyak Dhien menjanda, maka ia dipinang oleh seorang panglima muda, Teuku Umar, yang kebetulan cucu dari kakek Cut Nyak Dhien sendiri, Teuku Nanta Syekh.
Pada mulanya Cut Nyak Dhien menolak pinangan Teuku Umar, tetapi atas desakan keluarga ia bersedia menjadi isteri Teuku Umar dengan syarat bahwa ia tidak lagi menjadi isteri penjaga rumah, tetapi dibolehkan ikut perang bersama suaminya dan pejuang-pejuang lainnya, yang hal itu disetujui oleh Teuku Umar. DemikianJah, semenjak setelah perkawinannya, Cut Nyak Dhien terus berada di medan perang, melawan musuh untuk mempertahankan tanah airnya.
Setelah Teuku Umar mati syahid di Meulaboh, maka pimpinan perang diambil alih olehnya. Bertahun-tahun ia berjihad dalam hutan, berpindah dari satu lembah ke lembah yang lain, sampai kemudian matanya buta.
Akhirnya pada tanggal 4 Nopember 1905, Cut Nyak Dhien, ditawan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Van Vuuren.
Dalam keadaan tertawan dan buta Cut Nyak Dhien masih tetap mengomandokan perang dari kamp tawanan di Banda Aceh. Kemudian beliau diasingkan ke tanah Jawa, dan di Sumedang Jawa Barat beliau wafat pada tanggal 6 Nopember 1908.
Perjuangan Cut Nyak Dhien telah diabadikan alam beberapa buku, dan dalam film kolosal berjudul namanya: Cut Nyak Dhien.
*
Referensi:
Ali Hasjmy. 1993. Wanita Aceh Dalam Pemerintahan dan Peperangan. Banda Aceh - Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy
Cut Nyak Dhien adalah seorang wanita Aceh yang telah menjadi pahlawan Nasional, karena memang dalam tubuhnya bersemi semangat pahlawan yang luar biasa. Ketika masih bayi telah didendangkan ketelinganya dengan lagu-lagu yang dapat menanamkan semangat kepahlawanan. Ayahnya menceritakan kepadanya kehebatan para wanita Aceh di masa lalu, sehingga setelah ia tumbuh menjadi dewasa seperti telah ditakdirkan untuk menjadi srikandi, pahlawan bangsa.

Cut Nyak Dhien adalah puteri seorang uleebalang berdarah pahlawan, bernama Teuku Nanta Setia, penguasa VI Mukim Peukan Bada. Neneknya juga seorang bangsawan, Teuku Nanta Syekh, yang sangat dipercayai oleh Sultan Aceh!
Suami Cut Nyak Dhien yang pertama ialah Teuku Ibrahim dari Lam Nga, Montasik, seorang pahlawan yang sangat ditakuti Belanda, yang syahid pada tahun 1873 setelah hanya baru lima tahun menikah dengan Cut Nyak Dhien, dan meninggalkan seorang putri bernama Cutnyak Gambang.
Setelah beberapa tahun Cut Nyak Dhien menjanda, maka ia dipinang oleh seorang panglima muda, Teuku Umar, yang kebetulan cucu dari kakek Cut Nyak Dhien sendiri, Teuku Nanta Syekh.
Pada mulanya Cut Nyak Dhien menolak pinangan Teuku Umar, tetapi atas desakan keluarga ia bersedia menjadi isteri Teuku Umar dengan syarat bahwa ia tidak lagi menjadi isteri penjaga rumah, tetapi dibolehkan ikut perang bersama suaminya dan pejuang-pejuang lainnya, yang hal itu disetujui oleh Teuku Umar. DemikianJah, semenjak setelah perkawinannya, Cut Nyak Dhien terus berada di medan perang, melawan musuh untuk mempertahankan tanah airnya.
Setelah Teuku Umar mati syahid di Meulaboh, maka pimpinan perang diambil alih olehnya. Bertahun-tahun ia berjihad dalam hutan, berpindah dari satu lembah ke lembah yang lain, sampai kemudian matanya buta.
Akhirnya pada tanggal 4 Nopember 1905, Cut Nyak Dhien, ditawan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Van Vuuren.
Dalam keadaan tertawan dan buta Cut Nyak Dhien masih tetap mengomandokan perang dari kamp tawanan di Banda Aceh. Kemudian beliau diasingkan ke tanah Jawa, dan di Sumedang Jawa Barat beliau wafat pada tanggal 6 Nopember 1908.
Perjuangan Cut Nyak Dhien telah diabadikan alam beberapa buku, dan dalam film kolosal berjudul namanya: Cut Nyak Dhien.
*
Referensi:
Ali Hasjmy. 1993. Wanita Aceh Dalam Pemerintahan dan Peperangan. Banda Aceh - Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy
Tidak ada komentar untuk "Mengenal Cut Nyak Dhien, Salah Satu Pahlawan Nasional Aceh"
Posting Komentar