Penampilan Orang Aceh Dulu; Kuku dan Keris Memiliki Simbol Sosial



 

ORANG Aceh (bahasa Aceh: Ureuëng Acèh) merupakan sebuah sebutan atau nama bagi suku yang mendiami wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Provinsi Aceh, Indonesia. Orang Aceh memiliki beberapa nama lain yang sebelumnya melekat sebagai identitas orang Aceh sebagai sebuah suku yaitu Lam Muri, Lambri, Akhir, Achin, Asji, A-tse dan Atse. Sedangkan, bahasa yang digunakan oleh orang Aceh adalah bahasa Aceh, yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat dan berkerabat dekat dengan bahasa Cham yang dipertuturkan di Vietnam dan Kamboja. Orang  Aceh merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa yang menetap di tanah Aceh. Pengikat kesatuan budaya suku Aceh terutama ialah dalam bahasa, agama, dan adat khas Aceh.  Oleh karena demikian, tidak ada karakteristik fisik khas pada orang Aceh.

Salah satu hal yang masih mengandung tanda tanya dalam khazanah Aceh adalah mengenai penampilan atau gaya berbusana (pakaian) orang Aceh jaman dulu. Apakah orang Aceh dulu sudah berpenampilan sebagaimana yang dianjurkan dalam Islam? Atau sesuai dengan konsep syariah Islam --seperti yang hendak diterapkan pada warga Aceh di era modern ini, yakni mengikuti kaidah Islam.

Beberapa Sejarahwan yang memiliki perhatian terhadap Aceh mengungkapkan, bahwa Islam sudah ada di Aceh sejak abad 13. Namun demikian, penerapan aturan yang berlandaskan syariat Islam bukanlah sejak masa itu. Seorang ahli berkebangsaan Pranciss, Francois de Vitre, yang datang ke Aceh pada 26 Juli 1602 menggambarkan bagaimana mereka berpakaian dan merias diri. Menurut Francois, orang Aceh dulu kebanyakan orang Aceh mengenakan ikat pinggang yang dililitkan pada tubuh untuk menutupi kemaluan. Sedangkan bagian tubuh lain dibiarkan terbuka.

Sementara para bangsawan dan pedagang juga melilitkan pinggang dengan menggunakan kain katun atau sutera pada tubuh hingga lutut. Mereka juga memakai sejenis topi yang sangat lebar, dengan lengan yang juga lebar dan terbuka di bagian depan. Orang Aceh juga diketahui memiliki kebiasaan unik, yaitu suka memakai sorban.. Sorban itu diikat seperti gulungan sedemikian rupa hingga ujung kepalanya tak tertutup.Dan di pundaknya memakai baju atau rompi dengan lengan yang lebar dan ketat di bagian pergelangannya.Tak lupa juga, sebuah “lunghee” melilit pinggang, pedang panjang di sisi, yang bergantung pada sabuk yang diselempangkan, (Historia.Id).

Selain itu, orang Aceh diketahui memiliki kulit coklat atau kuning dengan hidung yang tidak terlalu mancung (pesek), dan berperawakan cukup tinggi. Bagi laki-laki, mereka memiliki gaya hidup yang mencukur habis kumis dan jenggot mereka. Semua berjalan tanpa alas kaki, dari raja sampai orang paling kere sekalipun.

Baca juga:
Makna Kerah Baju dan Status Sosial

Sementara itu, pejelajah Inggris lainnya, William Dampier pada 1688 memberikan gambaran yang sedikit berbeda. Menurutnya, masyarakat Aceh yang berkedudukan tinggi biasanya memakai celana pendek  dengan kupiah di kepala dari kain wol berwarna merah atau warna lain. Khusus, bagi Bangsawan, mereka memakai sepotong kain sutera yang longgar di atas pundak. Sementara rakyat kecil telanjang dari pinggang ke atas. Mereka juga tidak memakai kaos kaki atau sepatu. Hanya orang kaya yang memakai sandal.

Kuku, Keris dan Status Sosial

Satu hal lain yang jarang kita ketahui, orang-orang Aceh masa lalu juga menjadikan kuku sebagai tanda status sosial. Orang kaya bisa dibedakan dari rakyat biasa lewat kukunya. Seringkali orang kaya membiarkan kuku ibu jari dan kelingkingnya tumbuh panjang. Kuku yang panjang menandakan bahwa mereka tak melakukan pekerjaan kasar dengan tangannya.

Selain kuku, keris juga menjadi simbol kekuasaan bagi pemiliknya. Karena itu, setiap pegawai tidak dapat mengaku dan melaksanakan perintah Raja tanpa keris. Tak hanya itu, para pegawai istana membawa keris kalau  menyambut orang asing untuk mengantar mereka menghadap raja.

Keris  yang dipakai orang Aceh dulu terkenal sangat unik dan khas, di mana mata dan pegangannya terbuat dari logam yang oleh raja dinilai lebih berharga dibanding emas. Sedangkan pegangannya bertakhtakan batu-batu delima. Jika memakai keris sembarangan bisa saja terancam hukuman mati. Ini disebabkan, Keris memiliki nuansa “kesakralan” tersendiri.

Demikianlah pembahasan singkat mengenai penampilan Orang Aceh dulu. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar untuk "Penampilan Orang Aceh Dulu; Kuku dan Keris Memiliki Simbol Sosial"