Beberapa Jenis Budaya Aceh
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, dimulai dari sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, karya seni dan bahasa.
Aceh merupakan satu provinsi paling ujung barat di Nusantara yang terdiri dari 23 kabupaten kota dan memiliki ragam budaya yang menarik, khusunya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan atau kenduri. sejak dahulu, adat budaya Aceh selalu di sesuaikan dengan nilai-nilai Islam, sehingga ada pepatah Aceh yang mengatakan “Adat ngon hukum hanjeut cree bre, Lagei zat ngon sifeut”.
Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang pluralistis dan terbuka. Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah. Hal ini menyebabkan wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di lain wilayah. Aceh memiliki delapan suku yaitu suku Aceh, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Simeulu, Kluet, Singkil dan Tamiang. Setiap suku ini memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menjadi sebuah keistimewaan Dari beberapa suku di Indonesia.
Aceh merupakan satu provinsi paling ujung barat di Nusantara yang terdiri dari 23 kabupaten kota dan memiliki ragam budaya yang menarik, khusunya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan atau kenduri. sejak dahulu, adat budaya Aceh selalu di sesuaikan dengan nilai-nilai Islam, sehingga ada pepatah Aceh yang mengatakan “Adat ngon hukum hanjeut cree bre, Lagei zat ngon sifeut”.
Masyarakat Aceh adalah masyarakat yang pluralistis dan terbuka. Suku bangsa yang mendiami Aceh merupakan keturunan orang-orang melayu dan Timur Tengah. Hal ini menyebabkan wajah orang Aceh berbeda dengan orang Indonesia yang berada di lain wilayah. Aceh memiliki delapan suku yaitu suku Aceh, Gayo, Alas, Aneuk Jamee, Simeulu, Kluet, Singkil dan Tamiang. Setiap suku ini memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menjadi sebuah keistimewaan Dari beberapa suku di Indonesia.
Perwakinan merupakan sesuatu yang sangat sacral di dalam budaya masyarakat Aceh, karena berhubungan dengan nilai-nilai keagamaan. Perwakinan mempunyai nuansa tersendiri dan sangat dihormati oleh masyarakat. Ucapa perkawinan pada masyaralat Aceh merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh (suami/istri), pertunangan hingga upacara peresmian perkawinan.
Boh gaca (berinai) tiga hari tiga malam merupakan budaya masyarakat Aceh sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, upacara boh gaca atau berinai bagi pengantin laki-laki dan perempuan dilaksanakan di rumah masing-masing. Selama malam upacara boh gaca, pada malamnya diadakan pertunjukan kesenian. Seperti rabana, hikayat, silat dan meuhaba atau kaba (cerita dogeng).
2. Upacara Petron Tanoh (Turun Tanah)
Boh gaca (berinai) tiga hari tiga malam merupakan budaya masyarakat Aceh sebelum pesta perkawinan dilangsungkan, upacara boh gaca atau berinai bagi pengantin laki-laki dan perempuan dilaksanakan di rumah masing-masing. Selama malam upacara boh gaca, pada malamnya diadakan pertunjukan kesenian. Seperti rabana, hikayat, silat dan meuhaba atau kaba (cerita dogeng).
2. Upacara Petron Tanoh (Turun Tanah)
Upacara turun tanah/petron tanoh akan diadakan oleh masyarakat Aceh setelah bayi berumur empat bulan. Apalagi jika anak pertama yang sering diadakan upacara yang cukup besar, dengan memotong kerbau atau lembu. Pada upacara ini, bayi akan digendong oleh seseorang terpandang baik perangai dan budi pekertinya. Orang yang menggendong memakai pakaian yang bagus-bagus. Ketika turun tangga, ditudungi dengan sehelai kain yang dipegang oleh empat orang pada setiap sisi kain. Di atas kain tersebut, dibelah kelapa agar bayi tidak takut terhadap suara petir. Belahan kelapa dilempar dan sebelah lagi dilempar kepada wali karong.
Salah satu keluarga menyapu tanah dan yang lain menampi beras, bila bayi itu perempuan. Sedangkan bila bayi itu laki-laki salah satu keluarga mencangkul tanah, mencencang batang pisang atau batang tebu. Kemudian sejenak bayi dijejakkan di atas tanah dan akhirnya dibawa berkeliling rumah atau mesjid.
3. Tradisi Makan dan Minum
Salah satu keluarga menyapu tanah dan yang lain menampi beras, bila bayi itu perempuan. Sedangkan bila bayi itu laki-laki salah satu keluarga mencangkul tanah, mencencang batang pisang atau batang tebu. Kemudian sejenak bayi dijejakkan di atas tanah dan akhirnya dibawa berkeliling rumah atau mesjid.
3. Tradisi Makan dan Minum
Makanan pokok masyarakat Aceh adalah nasi. Perbedaan yang cukup menyolok dalam tradisi makan dan minum masyarakat Aceh dengan masyarakat lain di Indonesia adalah lauk pauknya. Lauk pauk yang biasa dimakan oleh masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercita rasa seperti masakan India. Lauk pauk utama masyarakat Aceh dapat berupa Ikan, daging. Makanan khas masyarakat Aceh adalah gulai kambing, sie reboh, keumamah, eungkot paya, mie Aceh dan martabak.
Selain itu, nasi gurih juga merupakan salah satu makanan khas masyarkat Aceh yang dimakan pada pagi hari. Sedangkan dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah kopi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada pagi hari hingga malam hari, warung kopi dipenuhi oleh masyarakat Aceh yang ingin menikmati makanan dan minuman khas daerah mereka sendiri yang tentu tidak di miliki oleh masyarakat suku lain di Indonesia.
4. Kesenian
Selain itu, nasi gurih juga merupakan salah satu makanan khas masyarkat Aceh yang dimakan pada pagi hari. Sedangkan dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah kopi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada pagi hari hingga malam hari, warung kopi dipenuhi oleh masyarakat Aceh yang ingin menikmati makanan dan minuman khas daerah mereka sendiri yang tentu tidak di miliki oleh masyarakat suku lain di Indonesia.
4. Kesenian
Corak kesenian Aceh memang banyak diperngaruhi oleh kebudayaan Islam. Namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Seni tari yang terkenal di Aceh antara lain Seudati, kemudain seni lain dikembangkan adalah kaligrafi Arab seperti banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat ucapara, perhiasan dan sebagainya. Selain itu, berkembang juga seni sastra dalam bentuk hikayat yang bernafaskan islam, seperti hikayat perang sabil.
5. Bahasa
5. Bahasa
Aceh memiliki aneka ragam bahasa yang berbeda-beda dan tidak di miliki oleh wilayah lain, bahasa mampu menggambarkan identitas diri masyarakat Aceh.
6. Pakaian Adat.
6. Pakaian Adat.
Aceh memiliki pakaian adat yang sangat indah, pakaian adat Aceh hingga saat ini masih terus dipakai untuk acara pernikahan, penyambutan tamu Dari luar dan acara besar lainnya. Sehingga salah satu kebudayaan Aceh ini masih tetap lestari dan bahkan sudah di kenal dunia.
Semoga bermanfaat. :)
Semoga bermanfaat. :)
Tidak ada komentar untuk "Beberapa Jenis Budaya Aceh"
Posting Komentar