Faktor-Faktor yang Mempengaruhi atau Mendasari Interaksi Sosial
Dalam hubungan, sudah barang pasti individu masyarakat satu sama lain saling memengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto (1989), interaksi sosial berlangsung dengan didasari oleh beberapa faktor berikut.
a. Imitasi
Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Sebagai suatu proses, ada kalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individuindividu yang baik menurut pandangan masyarakat. Akan tetapi imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum masyarakat. Sebagai contoh, seorang remaja yang meniru cara berpakaian idolanya.
Faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk memusuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, tetapi juga bisa mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif, sebab yang ditiru mungkin tindakan-tindakan yang menyimpang. Imitasi diartikan sebagai proses dimana seorang individu meniru perilaku pihak lain secara tidak keseluruhan, baik meniru gayanya, perilakunya, dan lain sebagainya.
Contoh kasus: Seorang ibu pernah mengeluhkan kelakuan anaknya melalui surat pembaca sebuah media cetak. Ibu itu prihatin dengan perbuatan anaknya. Setiap kali anak marah karena keinginannya tidak dituruti, dia akan mengambil batu dan melemparkannya ke dalam rumah. Sang ibu menduga perbuatan itu ditiru anak dari tayangan aksi demonstrasi di televisi.
b. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain dengan cara tertentu sehingga pandangan atau pengaruh itu diikuti tanpa berpikir panjang. Akibatnya pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh/pandangan tersebut dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas) ataupun orang orang dewasa terhadap anak-anak.
Contoh sugesti yang mudah ditemui berwujud iklan. Iklan mempunyai daya pengaruh besar sehingga mendorong konsumen membeli suatu barang, walau dia belum tentu membutuhkan barang tersebut. Sangat mungkin seseorang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan sepatu yang dikatakan dapat meningkatkan citra dirinya.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Biasanya proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang. Namun, yang pasti, sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal entah langsung (face to face) ataupun tidak langsung (melalui media informasi). Misalnya seorang bawahan yang berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan sang atasan karena rasa kekaguman yang mendalam se-hingga semua hal dikaitkan dengan identifikasi atasan
Dalam proses identifikasi, manusia tidak sekadar meniru gaya hidup, tingkah laku, ataupun perbuatan sang idola sebagaimana dalam imitasi, tetapi ada keinginan dari dalam diri untuk menjadi sama dengan tokoh idola.
d. Simpati
Simpati, yaitu suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain, memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.
Di dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Proses simpati akan dapat berkembang jika terdapat saling pengertian pada kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati menjadi dasar hubungan persahabatan.
e. Empati
Empati yaitu, kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain. Sehingga kita merasa seolah-olah berada dalam keadaan yang sama dengan orang yang bernasib malang itu. Empati merupakan kelanjutan dari sikap simpati, yaitu perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya itu. Contohnya, Andre merasa sangat bersedih dan terharu ketika melihat Wawan temannya harus bekerja di malam hari untuk membayar biaya sekolahnya. ia seolah-olah merasakan beban yang harus dipikul oleh Wawan. Oleh karena itu, Andre sering membantu Wawan.
***
Sumber Referensi:
Atik Catur Budiati. 2009. Sosiologi Kontekstual : Untuk SMA & MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Joko Sri Sukardi dan Arif Rohman. 2009. Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ruswanto. 2009. Sosiologi SMA / MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
(Seorang anak meniru ayahnya shalat. Sumber gambar: haikudeck.com)
Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan. Sebagai suatu proses, ada kalanya imitasi berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individuindividu yang baik menurut pandangan masyarakat. Akan tetapi imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum masyarakat. Sebagai contoh, seorang remaja yang meniru cara berpakaian idolanya.
Faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk memusuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, tetapi juga bisa mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif, sebab yang ditiru mungkin tindakan-tindakan yang menyimpang. Imitasi diartikan sebagai proses dimana seorang individu meniru perilaku pihak lain secara tidak keseluruhan, baik meniru gayanya, perilakunya, dan lain sebagainya.
Contoh kasus: Seorang ibu pernah mengeluhkan kelakuan anaknya melalui surat pembaca sebuah media cetak. Ibu itu prihatin dengan perbuatan anaknya. Setiap kali anak marah karena keinginannya tidak dituruti, dia akan mengambil batu dan melemparkannya ke dalam rumah. Sang ibu menduga perbuatan itu ditiru anak dari tayangan aksi demonstrasi di televisi.
b. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain dengan cara tertentu sehingga pandangan atau pengaruh itu diikuti tanpa berpikir panjang. Akibatnya pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh/pandangan tersebut dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas) ataupun orang orang dewasa terhadap anak-anak.
Contoh sugesti yang mudah ditemui berwujud iklan. Iklan mempunyai daya pengaruh besar sehingga mendorong konsumen membeli suatu barang, walau dia belum tentu membutuhkan barang tersebut. Sangat mungkin seseorang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah hanya untuk mendapatkan sepatu yang dikatakan dapat meningkatkan citra dirinya.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola. Identifikasi merupakan bentuk lanjut dari proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Biasanya proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang. Namun, yang pasti, sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal entah langsung (face to face) ataupun tidak langsung (melalui media informasi). Misalnya seorang bawahan yang berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan sang atasan karena rasa kekaguman yang mendalam se-hingga semua hal dikaitkan dengan identifikasi atasan
Dalam proses identifikasi, manusia tidak sekadar meniru gaya hidup, tingkah laku, ataupun perbuatan sang idola sebagaimana dalam imitasi, tetapi ada keinginan dari dalam diri untuk menjadi sama dengan tokoh idola.
d. Simpati
Simpati, yaitu suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Rasa tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain, memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.
Di dalam proses ini perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Proses simpati akan dapat berkembang jika terdapat saling pengertian pada kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya simpati menjadi dasar hubungan persahabatan.
e. Empati
Empati yaitu, kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain. Sehingga kita merasa seolah-olah berada dalam keadaan yang sama dengan orang yang bernasib malang itu. Empati merupakan kelanjutan dari sikap simpati, yaitu perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya itu. Contohnya, Andre merasa sangat bersedih dan terharu ketika melihat Wawan temannya harus bekerja di malam hari untuk membayar biaya sekolahnya. ia seolah-olah merasakan beban yang harus dipikul oleh Wawan. Oleh karena itu, Andre sering membantu Wawan.
***
Sumber Referensi:
Atik Catur Budiati. 2009. Sosiologi Kontekstual : Untuk SMA & MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Joko Sri Sukardi dan Arif Rohman. 2009. Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ruswanto. 2009. Sosiologi SMA / MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar untuk " Faktor-Faktor yang Mempengaruhi atau Mendasari Interaksi Sosial"
Posting Komentar