Makalah tentang Filsafat Umum

BAB I: PENDAHULUAN

            Dunia barat pada zaman sekarang dibanding dengan dunia barat pada zaman dahulu sangat berbeda jauh. Karena pada zaman sebalum terjadinya sebuah kejadian luar biasa yang kita kenal dengan renaissance, dunia barat dalam keadaaan gelap gulita (Dark Age) tanpa ada cahaya pengetahuan sedikitpun. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat dibatasi oleh gereja, sehingga pada masa itu, manusia berfikir secara sempit dan terbatas oleh aturan-aturan gereja. Dapat kita bayangkan bahwa [ada zaman itu pemikiranb manusia tidak dapat berkembang bebas dan maju dengan pesat.

            Akan tetapi, orang eropa semakin mengerti akan pentingnya ilmu pengetahuan dan mencoba untuk melepaskan diri dari belenggu gereja. Gerakan seperti ini semakain menguat dan berkembang dnegan pesat setelah mereka sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan mereka dapat menuju suatau masa yang lebih baik dan lebih meju. Denban kesadaaran inilah mereka membuka halaman baru sejarah dan menutup masa kegelepan yang selama ini telah mengikat dan membatasi kemajuan mereka.

Gerakan renaissance  merupakan sebuah gerakan yang sanat berpengaruh dalam perkembangan dan kemajuan manusia pada zaman itu hingga zaman sekarang. Dengan adanya gerakan ini manusia mempunyai kebebasan dalam mengembangkan diri dalam segala aspek dan segi tidak hanya dalam segi keagamaan saja, tetapi juga dalam segi ilmu pengetahuan, seni, budaya, penjelajahan, filsafat, dan berbagai macam disiplin ilmu lainnya.

Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu oleh kaum kristiani

Begitu besarnya pengaruh renaissance dan humanisme dalam kemajuan peradaban manusia sehingga kita diruntut untuk dapat memahami semangat dan spirit yang ada pada gerakan ini, sehingga kita tidak hanya mengapresiasi gerakan tersebut, tetapi mampu  mengaplkikasikan semangat dan spirit itu dalam kehidupan kita sehari-hari menuju zaman yang lebih baik.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Renaisans / Renaissance  

Renaisans berasal dari istilah bahasa Prancis renaissance yang berarti kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli sejarah untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual yang terjadi di Eropa, khususnya di Italia sepanjang abad ke 15 dan ke 16.

Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal yang bernama Jules Michelet,kemudian dikembangkan oleh J.Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia sebagai periode yang di lawankan dengan periode Abad Pertengahan. Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang di mulai di Italia, kemudian di Francis, Spanyol, dan selanjutnya hingga  meyebar ke seluruh eropa .

Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran di kungkung oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat di batasi, sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang, bahkan dapat di katakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif dalam perenungan mencari alternatif  itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak di kungkung sehingga sains berkembang yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi.Kondisi seperti itulah yang hendak di hidupkan kembali.

Pada pertengahan abad ke-14, di Italia muncul gerakan pembaruan di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang dipelopori oleh kaum humanis Italia. Tujuan utama gerakan  ini adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Gerakan ini berusaha meyakinkan Gereja bahwa sifat pikiran-pikiran klasik itu tidak dapat binasa. Dengan memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka berupaya menyatukan kembali Gereja yang terpecah-pecah dalam banyak sekte.

Tidak dapat di nafikan bahwa pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah di lakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang di inginkan dan di lakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani

Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu manusia dapat menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat di katakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.

Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat. Zaman Renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir seperti pada zaman Yunani kuno.

Manusia di kenal sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak di dasarkan atas campur tangan ilahi. Saat itu manusia Barat mulia berpikir secara baru dan berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.

 Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad tersebut manusia kurang di hargai kemanusiaannya. Kebenaran di ukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang di buat oleh manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut  akhirnya agama Kristen semakin di tinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.

B. Karakteristik Renaissance

Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.

Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.

Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab, menghasilkan karya seni dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan manusia untuk menonjolkan diri baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.

C. Tokoh-Tokoh Renaissance

Beberapa tokoh yang menurut mempunyai peranan penting dalam renaissance. Tokoh-tokoh tersebut antara lain

a. Dante Alighiere (1265-1321)

            Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, berasala dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, ingin negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang atoritas moral Kepausan yang dinilai tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya dia tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang berisi tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. 

Hasil karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New Life) berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).

b. Lorenzo Valla (1405-1457)

            Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli hukum. Salah satu ungkapannya yang sangat terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan adalah jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan pahal tertinggi”. Hasil karyanya antara lain adalah De volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa. 

Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif manusia dalam sejarahnya. Judul buku De falso credita et ementita Constantini donation declamation berisi tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya palsu sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan gaya bahasa abad ke4 melainkan abd ke-8.

c. Niccolo Machiavelli (1469-1527)

            Filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia.

            Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius). Diantara karya-karya lainnya adalah The art of war (seni berperang), A History of Florence (sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527 pada umur lima puluh delapan.

d. Boccacio (1313-1375)

            Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun 1313 dari seorang pedangang yang berasal dari Firenze. Hasil karyanya antara lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa seperti Ameto, puisi seperti Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak karyanya Decamerome, karya sastra lainnya De genealogis deorum gentilium (On The Genealogy of God) yang tersusun dalam 15 jilid.

e. Francesco Petrarca (1304-1374)

            Lahir pada 20 Juli 130 di Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu ungkapannya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama Ikaros.

f. Desiderius Erasmus (1466-1536)

            Eramus lahir pada 27 Oktober 1466 di Gouda. Ibunya bernama Margaret. Setelah lulus dari Sekolah Atas ia melanjutkan ke biara Agustin di Styn hingga menjadi pastor kemudian melanjutkan ke Universitas Paris.

D.Dampak Renaissance

Sumbangan Renaissance Kepada Eropa :

·         Kemunculan aliran pemikiran yang mementingkan kebebasan akal seperti alirn baru Eropah hingga abad ke 18 seperti Humanisme, rasionalisme, nasionalisme dan absolutisme berani mempersoalkan kepercayaan dan cara pemikiran lama yang diamalkan selama ini secara langsung melemhkan kekuasaan golongan feudal.

·     Itali telah menjadi pusat ilmu yang terkenal di Eropah pada abad ke 15. Hal ini terjadi apabila Kota constntinople dikuasai oleh Islam telah jatuh ke tangan orang Barat pada tahun 1453. Keadaan ini telah menyebabkan ramai para ilmuan Islam berhijrah ke pusat-pusat perdagangan di Itali. Ini menyebabkan Itali menjadi pusat intelektual terkenal di Eropah pada masa itu.

·     Renaissance telah membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya maju.Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dn kekuasaan golongan feudal yang sentiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan masyarakat di Eropah.

· Melahirkan tokoh-tokoh pemikir seperti Leonardo de Vinci yang terkenal sebagi pelukis, pemuzik dan ahli falsafah serta jurutera. Michelangelo merupakan tokoh seni, arkitek, jurutera, penyair dan ahli anotomi.

· Melahirkan ahli-ahli sains terkenal seperti Copernicus dan Galileo.

· Melahirkan ahli matematik seperti Tartaglia dan Cardan yang berusaha menghuraikan persamaan ganda tiga. Tartaglia orang pertama yang menggunakan konsep matematik dalam ketenteraan iaitu mengukur tembakan peluru mariam. Cardan terlibat dalam penghasilan ilmu algebra.

· Selain itu, Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh perubatan di Eropah.Antara tokoh perubatan terkenal iaitu William Harvey yang telah memberi sumbangan dalam kajian peredaran darah.

· Renaissance telah melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat inquiri sehingga membawa kepada aktiviti penjelajahan dan penerokaan.

E. Humanisme

Pada masa Renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja telah meredam para filosof dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama ini diacu oleh kaum kristiani.

Humanisme, menurut Ali Syariati (1992 : 39), berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran filsafat yang menyaakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya.

Ada empat aliran yang mengklaim sebagai bagian dari humanisme, yaitu : (1) liberalisme barat; (2)marxisme; (3) eksistensialisme; dan (4) agama. liberalisme barat menyatakan diri sebagai pewaris asli filsafat dan peradaban humanisme dalam sejarah, yang dipandangnya sebagai aliran pemikiran peradaban yang dimulai dari Yunani Kuno dan mencapai puncak kematangan kesempurnaan relatif pada Eropa modern.

Teori humanisme barat dibangun atas asas yang sama yang dimiliki oleh mitologi Yunani Kuno bahwa antara langit dan bumi, alam dewa-dewa dan alam manusia, terdapat pertentangan dan peraturan, sampai-sampai muncul kebencian dan kedengkian antara keduanya. para dewa adalah kekuatan yang memusuhi manusia. seluruh perbuatan dan kesadarannya ditegakkan atas kekuasaannya yang lazim terhadap manusia yang dibelenggu oleh kelemahan dan kebodohannya. 

Tentu saja hubungan yang bercorak permusuhan seperti ini, sepenuhnya wajar dan logis. dan dari satu sisi bisa dikatakan benar dan sepenuhnya sahih. sebab, dewa-dewa dalam mitologi Yunani adalah penguasa segala sesuatu, dan manifestasi dari kekuatan fisik yang terdapat di alam semesta:laut, sungai, bumi, hujan, keindahan, kekuatan jasmani, kemakmuran ekonomi, gempa, penyakit, kelaparan, dan kematian. (Ali Syariati, 1992 : 40).

Di bawah komando keluarga Medici atau setidaknya pada zaman merekalah para humanis mulai menarik perhatian dan mewarnai opini masyarakat Italia. Kaum humanis menggiring perhatian rakyat dari agama ke filsafat dan dari langit ke bumi. Kekayaan pikiran dan seni masa-masa kesyirikan dikembalikan kepada sebuah generasi yang terpukau. 

Sejak zaman Ariosto Ludovico, orang-orang yang gila ilmu pengetahuan ini mulai tenar dengan nama kaum humanis, sebab mereka membaca telaah kebudayaan klasik tentang humanitas (berkaitan dengan dunia manusia) atau humanuras (kesusasteraan yang lebih manusiawi, dan bukan berarti kesusasteraan yang lebih berprikemanusiaan, melainkan berarti kesusasteraan yang lebih banyak berkaitan dengan dunia manusia). Jadi, tema kajian yang paling tepat ialah manusia itu sendiri dengan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, dan keindahan jasmani dengan segala kesenangan dan penderitaan panca indera dan perasaannya dan dengan segala kekuatan akalnya yang menakjubkan. Poin-poin inilah yang mendapat perhatian penuh seperti yang pernah terjadi dalam kesusasteraan dan seni Yunani dan Romawi kuno.[

Erasmus adalah salah seorang pelopor humanisme yang telah melakukan reformasi keagamaan dalam menghadapi eksklusivitas dan monopoli para elit gereja. Dia berjuang keras untuk menghapus peranan para penguasa gereja sebagai perantara antara Tuhan dan manusia.Erasmus berpendapat bahwa kitab suci harus disosialisasikan kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah. Dia mengecam keras penyimpangan-penyimpangan teologis yang dilakukan kalangan ahli, yaitu para elit gereja. Dia mengatakan, “Dunia berada dibawah kekuasaan para rahib yang bergaya pengemis.  

Walaupun mereka adalah abdi-abdi istana Roma, namun kekuatan dan jumlah mereka yang cukup banyak telah membuat takut pribadi Paus dan bahkan para raja.Saya tidak mengutuk semua ini, walaupun sebagian besar dari mereka layak mendapat kutukan. Hanya demi keuntungan dan kekuasaan otoriter, mereka telah menjebak hati rakyat secara piawai. Mereka bicara dengan tanpa rasa malu, dan perlahan-lahan mereka mengeluarkan Al-Masih dari wilayah kekristenan. Nasihat-nasihat mereka tak lebih dari dosa-dosa yang terjadi dalam setiap perkataan tanpa rasa malu mereka. Mereka memberikan pengampunan dengan kalimat-kalimat yang bahkan tidak patut untuk orang-orang yang buta huruf .…”

Pada abad-abad pertengahan, manusia diposisikan sebagai makhluk yang pasif dan tak punya ikhtiar apapun di depan para elit gereja. Akibatnya, pada era Renaisans lahirlah sebuah gerakan dengan misi mengembalikan kebebasan manusia yang telah dinistakan.  Mula-mula gerakan ini memprioritaskan reformasi keagamaan, dan setelah beberapa lama secara ekstrim gerakan ini menentang segala sesuatu yang dipaksakan dengan atas nama agama. Pencorengan citra agama yang dilakukan para penguasa gereja pada abad pertengahan telah menimbulkan sebuah gerakan bernama humanisme yang bermula pada era Renaisans, sebuah gerakan yang manganggap kebahagiaan manusia hanya bisa dicapai dengan kembali kepada era klasik, atau dengan kata lain era politeisme. Kaum humanis meyakini bahwa manusia pada era klasik telah mengandalkan potensi-potensi wujudnya tanpa keterikatan kepada agama, gereja, dan para penguasa gereja. Jalan kembali kepada era klasik bisa ditempuh melalui perhatian kepada kebudayaan dan kesusasteraan klasik.

Kaum humanis memandang penekanan kepada ilmu logika dan ilmu-ilmu teoritis seperti ilmu metafisik sebagai sikap yang kurang patut. Mereka hanya berminat kepada kepada bidang-bidang yang berfungsi langsung dalam kehidupan masyarakat, seperti retorika dan cabang-cabangnya termasuk politik, sejarah, dan syair. Selain itu, mereka juga tertarik kepada bidang dialektika atau seni dialog. Secara lebih umum, kaum humanis terikat kepada pemikiran mengenai kedudukan dan potensi manusia di dunia tanpa mempertimbangkan nasib manusia di alam azali.

Pada masa kemunculan humanisme, dalam waktu singkat karya-karya sastra dan filsafat Yunani klasik sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Semua ini tentu karena banyaknya para ilmuan dan murid-murid mereka yang aktif di Italia. Terjemahan-terjemahan ini memiliki kecermatan yang lebih tajam ketimbang terjemahan yang dilakukan pada abad ke-12 dan 13. Guvarino menerjemahkan sebagian karya Strabon dan Plotarckh ke dalam bahasa Latin. Sedangkan Travarsori menerjemahkan karya-karya Divagnos Lairitos, Valla menerjemahkan karya-karya Herodotus, Tosidid, dan Iliad Homer, Proti menerjemahkan karya-karya Polybius, dan Ficino menerjemahkan karya-karya Plato dan Platinus.

Di antara sekian karya-karya klasik itu, karya-karya Plato yang paling banyak memukau para humanis. Kaum humanis mengapresiasi dan cemburu menyaksikan kebebasan orang-orang Yunani zaman Socrates yang bisa dengan leluasa mengupas berbagai persoalan agama dan politik yang paling sensitif. Carlo Masopini sedemikian besar mengapresiasi kebudayaan klasik era politeis sampai-sampai dia berangan untuk berpaling dari kekristenan.

Tokoh humanis Italia yang paling berkarya dan kontroversial ialah Pod Ju Bratcolini yang menulis surat-surat kepada Paus Martin V untuk melakukan pembelaan sengit terhadap dogma-dogma gereja. Tetapi kemudian dalam sebuah pertemuan ekslusif dengan segenap karyawan istana Paus, dia tak segan-segan menertawakan keyakinan-keyakinan Kristen. Dia menulis surat-suratnya dengan bahasa Latin yang tidak fasih namun memikat. Lewat surat-surat ini ia mencemooh ketidaksucian para ruhaniwan. Dia keberatan melakukan perbuatan ini selagi dia mampu ….

            Dengan kata lain, di mata sebagian kaum humanis, agama dan pencerahan pemikiran merupakan dua kutub yang saling bertentangan. Agama adalah milik masyarakat awam, sedangkan bagi para pemikir, kepatuhan kepada agama merupakan perilaku yang menyalahi kebebasan berpikir. Mereka bukannya melenyapkan bencana akibat penyalahgunaan agama, yaitu kerakusan dan despotisme sistem gereja yang telah membendung nilai, ikhtiar, dan kebebasan manusia abad pertengahan, tetapi malah sekaligus menyerang dan mencabut akar-akar agama dan keberagamaan.

            Kehidupan kaum humanis mencerminkan keyakinan-keyakinan mereka yang sebenarnya.  Dalam praktiknya, tak sedikit di antara mereka yang memberlakukan kriteria-kriteria moral era politeisme, itupun banyak dari segi hawa nafsunya, bukan dari sisi stoicismenya. Satu-satunya keabadian yang  mereka kenal ialah keabadian berupa perekaman karya-karya besar mereka. Tanpa peranan Tuhan, keabadian seperti ini bisa dipersiapkan untuk seseorang dengan kekuatan pena yang akan membuahkan nama baik atau buruk. Setelah Cozimo, satu generasi kemudian datang menampilkan para seniman yang andil dengan membuat lukisan atau patung-patung para pemilik nikmat (keabadian) tersebut, atau dengan mendirikan bangunan-bangunan megah dengan nama mereka demi mengabadikan mereka. Harapan untuk mendapatkan keabadian seperti ini adalah salah satu stimulan terkuat yang telah memotifasi kreatifitas dalam seni dan kesusasteraan Renaisans. Akhirnya, humanisme berhasil mempengaruhi segala seni karena kebangkitan humanisme lebih memfokuskan rasio ketimbang perasaan. Sebelumnya, gereja adalah sponsor utama gerakan seni di mana tujuan utamanya adalah sosialisasi kisah-kisah Kristen para jemaat yang buta huruf serta dekorasi Tuhan. Santa Maria dan anaknya, penderitaan dan tersalibnya Kristus, para nabi dan rasul, para bapa gereja dan orang-orang suci lainnya tentu merupakan obyek utama gerakan seni patung, lukis, dan bahkan aliran-aliran seni lainnya yang lebih kecil. Tetapi kemudian, perlahan-lahan kaum humanis mempromosikan makna keindahan yang lebih bernuansakan hawa nafsu kepada masyarakat Italia sehingga pujian kepada postur tubuh yang indah, baik lelaki maupun perempuan, apalagi dalam keadaan telanjang, akhirnya menjadi tradisi di kalangan terdidik.

Awalnya, kaum humanis menjadikan seni sebagai media untuk mempengaruhi perasaan kalangan awam dan tak berpendidikan, karena pada awal-awal kebangkitan humanisme kesenian masih ada di tangan kalangan agamis yang menjadikan kekristenan sebagai tema-tema seni. Ketika para humanis merasakan kebutuhannya kepada seni, maka seni akan diarahkan kepada obyek-obyek materialistik, kebendaan, dan sesuatu yang profan. Karena itu, semaraklah pembuatan patung-patung atau lukisan-lukisan telanjang yang mempertontonkan keindahan fisik wanita dan pria. Dengan demikian, sedikit sekali faktor spiritual yang terlihat dalam gelanggang seni humanistik. Sebaliknya, seni dipertontonkan dengan mengerahkan kecenderungan naturalistik yang semata-mata memfokuskan kepada keindahan-keindahan materi.

 Sebagian besar kaum humanis sudah tidak lagi berpikir tentang alam transendental.  Karena mengira pahala hanya terbatas pada kehidupan dunia, kaum humanis berusaha membuat patung-patung orang-orang yang sukses sebagai hadiah untuk mereka. Oleh sebab itu, seni humanistik banyak mengacu kepada apa yang mereka saksikan dan jarang sekali memperlihatkan hasrat kepada ide-ide yang gaib dan tak tampak oleh mata. Dengan kata lain, seni humanistik lebih merupakan seni realisme yang tidak ada hubungannya dengan hakikat.

 Arus kecenderungan humanistik bahkan juga telah mengimbas sebagian para pemuka gereja. Tak kurang, Nicholas V (1447-1455 M.), Paus humanis pertama, menyerahkan jabatan-jabatan kerohanian kepada para tokoh ilmuan dan sangat menghormati kepakaran dan pengetahuan mereka tanpa mengindahkan pertimbangan-pertimbangan lain. Lorenzo Valla yang notabene penganut ajaran Epicurus  dan telah membuktikan kepalsuan dokumen anti Constantine, mencemooh prosa terjemahan resmi kitab suci Vulgate, menuduh Augustine sebagai ateis, justru diangkat sebagai ajudan khusus Paus. 

Pengangkatan ini jelas memberi semangat kepada humanisme dan diprioritaskannya humanisme daripada keberagamaan dengan segala iman dan keyakinannya hingga dikuasainya Roma pada tahun 1527. Aplaus untuk humanisme kendati telah membuat masyarakat utara benar-benar terpesona, kata Bertrand Russel, bisa jadi terpuji, sebab kebijakan haus perang dan gaya hidup amoral sebagian Paus memang tidak bisa dibela dari segala aspek, kecuali dari aspek politik permainan kekuasaan yang mutlak. Reformasi yang dimulai pada masa penobatan Louis X (1512-1513 M.) merupakan hasil yang alami dari kebijakan tidak agamis para Paus era Renaisans.[20]

Boleh jadi putusnya hubungan kaum humanis dengan gereja agaknya telah menempatkan mereka di bawah kekuasaan rasio, namun kenyataannya tidak demikian. Sesuai pernyataan Russel, sebagian besar kaum humanis ternyata mempertahankan mitos-mitos yang pernah diyakini masyarakat era klasik. Astrologi, khususnya di kalangan yang berpikiran bebas, sedemikian digemari sehingga lebih lebih popular ketimbang masa-masa klasik. Dampak pertama pembebasan dari kekangan gereja bukan berupa adanya masyarakat yang berpikir secara benar, melainkan terbukanya benak masyarakat untuk kembali kepada segala hal-hal yang nonsens dan absurd. Dari segi moralitas, keterlepasan dari gereja ini juga menimbulkan dampak yang sedemikian tragis. Undang-undang moral klasik akhirnya kehilangan nilanya.

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Sejarah Renaissance munculnya karena berbagai faktor antara lain adalah sebagai gerakan kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV, berakar pada cita-cita keksatriaan abad pertengahan yang menginginkan kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran, mereka mensintesakan gagasan Kristiani dengan pemikiran klasik (Yunani-Romawi). Tujuan utama gerakan ini adalah mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama). Timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.

            

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang dan Ahmad Saebani, Beni. 2008. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Surajiyo. 2010. Filsafat Umum dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

http://nuryandi-cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/2012/07/filsafat-modern-masa-renaissance.html

http://pormadi.wordpress.com/2006/05/24/jaman-renaissance-abad-xv-xvi/


**

Baca juga:

Makalah tentang masyarakat majemuk di Indonesia (lengkap dengan referensi)

Tidak ada komentar untuk "Makalah tentang Filsafat Umum"