Mengenal Ratu Safiatuddin, Salah Satu Wanita Aceh dalam Pemerintahan

Setelah Sultan Iskandar Sani wafat, maka atas keputusan pembesar negara dan para ulama, dinobatkanlah Puteri Safinah anak Sultan Iskandarmuda Meukuta Alam dan yang juga pada waktu itu isteri Sultan Iskandar Sani, menjadi Sultanah Kerajaan Aceh Darussalam dengan gelar Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin. 

Semenjak berusia 7 tahun, Safiatuddin telah belajar bersama-sama Iskandar Sani (asal dari Negeri Pahang) dan putra putri istana lainnya pada ulama-ulama besar seperti Syekh Hamzah Fansury, Syekh Nuruddin Ar-Raniry, Syekh Kamaluddin dan lain-lain yang semuanya adalah guru besar pada Jami' Baiturrahman pada waktu itu. Sehingga setelah selesai pendidikannya, Safiatuddin telah mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai bahasa, yaitu bahasa Arab, Persia dan Spanyol, di samping alim dalam ilmu fikh (hukum) termasuk hukum tata negara, ilmu sejarah, mantik, falsafah, tasawuf, sastra dan lain-lain. 


Taman untuk mengenang Ratu Safiatuddin
 

Setelah masa Iskandarmuda, maka masa pemerintahan Ratu Safiatuddin adalah zaman emas ilmu pengetahuan dalam kerajaan Aceh Darussalam. Pada masanya banyak muncul ulama besar seperti Syekh Nurruddin Ar-Raniry, Syekh Abdurrauf Syiah Kuala, Syekh Jalaluddin Tursany, dan lain-lain. Ia mendorong para ulama dan sarjana mengarang bukubuku dalam berbagai disiplin ilmu, dimana dalam mukaddimah buku-buku itu disebutkan bahwa buku itu dikarang atas anjuran Ratu Safiatuddin, seperti misalnya buku Hidayatul Iman Fi Fadhlil Manan karya Nuruddin Ar-Raniry dan buku Miratuth Thullab karya Abdurrauf Syiah Kuala.

Pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin, Nuruddin Ar-Raniry telah menyelesaikan 30 judul buku, sedangkan Abdurrauf menyelesaikan 10 judul buku dalam berbagai bidang ilmu. Karena itu tidak heran apabila pada masa itu ibukota kerajaan Aceh Darussalam menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara.

Di samping perhatiannya kepada kebudayaan dan ilmu pengetahuan, Ratu Safiatuddin juga menaruh perhatian kepada kedudukan kaum wanita. Banyak peraturan yang dibuatnya untuk melindungi kaum wanita.

Ratu Safiatuddin mempunyai kebijaksanaan dan kemampuan yang luar biasa, seperti dikemukakan oleh Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad", antara lain :
" Kelebihan TajulAlam dalam kenegaraan terlihat pula dari kuatnya dukungan para Menteri, orang besar dan para ulama atasnya. 


Menurut catatan, lembaga kenegaraan Tiga Sagi diadakan oleh Tajul Alam. Dua orang cerdikpandai dan berpengaruh dengan kuat men dukungnya. Mereka adalah Syekh Nuruddin Ar-Raniry dan Syekh Abdurrauf sendiri. Tampak dengan dukungan ini tidak ada kekolotan keagamaan dalam membenarkan seorang wanita menjadi raja. 

Kesanggupan dan ketangkasannya tidak beda dengan apa yang dimiliki raja laki-laki. Tajul Alam bukan saja telah berhasil mengatasi ujian berat untuk membuktïkan kecakapannya memerintah tidak kalah dari seorang laki-laki, tetapijuga berhasil mengadakan pembaharuan dalampemerintahan, memperluaspengertian demokrasi yang selama ini kurang disadari oleh kaum laki-laki sendiri "

Kebesaran Ratu Safiatuddin juga digambarkan dalam bermacam-macam hikayat terkenal di Aceh.

Sumber:


Ali Hasjmy. 1993. Wanita Aceh Dalam Pemerintahan dan Peperangan. Banda Aceh - Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy

Tidak ada komentar untuk "Mengenal Ratu Safiatuddin, Salah Satu Wanita Aceh dalam Pemerintahan "