Pembahasan Lengkap Materi Konflik Sosial (Pengertian, Penyebab, Bentuk-bentuk, dan Penyelesaianya)
Perang lsrael vs Palestina sudah tidak dapat dihindarkan lagi, perundingan yang ditempuh oleh kedua belah pihak selama bertahun-tahun selalu menjadi jalan buntu. Masing-masing pihak mengklaim tanah Palestina sebagai tanah suci mereka. Perang adalah jalan keluar terakhir yang dianggap akan menyelesaikan konflik yang terjadi antara kedua negara itu.
Peperangan adalah konsekuensi logis dari sebuah konflik. Konflik yang berarti pertentangan merupakan sebuah proses kehidupan sosial manusia yang sangat kompleks. Perang yang terjadi diberbagai negara (salah satu contohnya adalah Israel dengan Palestina) adalah merupakan benturan kepentingan yang terjadi antara dua negara tersebut yang tidak mendapatkan titik temu.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar kita pun sering terjadi berbagai konflik, yang apabila tidak kita pahami sebagai sebuah proses sosial konflik dapat mengakibatkan kehancuran. Sebagai contoh, Seorang siswa menolak keinginan orang tuanya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Dalam hatinya terjadi konflik, yaitu ia tidak ingin mengecewakan hati orang tuanya tetapi ia juga tidak mau melanjutkan kuliah
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari bahasa latin, yaitu “configure”, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis dapat diartikan sebagai proses sosial di mana terdapat gejala-gejala untuk menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan, konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang tersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik tidak hanya bersifat lahiriah tapi dapat terjadi dalam bathin yaitu konflik bathin. Konflik bathin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Para ahli sosiologi memberikan definisi tentang konflik sebagai berikut:
1. Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan (Soejono Soekanto)
2. Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status atau kekuasaan sebagai tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukan saingannya. (Robert M.Z Lawang)
Dari dua pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konflik merupakan sebuah proses sosial yang berbentuk pertentangan antar orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan berupa nilai, status dan kekuasaan yang dilakukan dengan ancaman dan kekerasan.
Kepentingan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Jika individu berhasil dalam memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas, tetapi sebaliknya kegagalan daiam memenuhinya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Penyebab Terjadinya Konflik
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik dalam masyarakat, di antaranya adanya suatu permasalahan atau perselisihan berkaitan dengan mobilitas individu, atau kelompok dan distribusi/pembagian sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang tidak diselesaikan secara kompromi.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat beberapa faktor penyebab konflik yaitu:
a. Perbedaan antar individu
Sebagai mahluk individu, manusia memiliki karakter yang khas menurut corak kepribadiannya. Setiap individu berkembang sejalan dengan ciri-ciri khasnya, walaupun berada dalam lingkungan yang sama. Pada saat interaksi berlangsung individu akan mengalami proses adaptasi dan pertentangan dengan individu lainnya. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka akan terjadi konflik.
Contoh, Arie anak yang baru berusia 5 tahun meminta ayahnya untuk membelikannya handphone. Ayahnya belum mau membelikan Arie handphone karena Arie masih kecil dan belum begitu membutuh-kan alat tersebut. Akhimya Arie marah dan melakukan mogok belajar.
b. Perbedaan kebudayaan
Kebudayaan seringkali dianggap sebagai sebuah ideologi, sehingga memicu terjadinya konflik. Anggapan yang berlebihan terhadap kebudayaan yang dimiliki oleh sebuah kelompok menempatkan kebudayaan sebuah sebuah tingkatan sosial. Sehingga kebudayaan miliki sendiri dianggap lebih tinggi daripada kebudayaan lain. Dalam catatan sejarah umat manusia konsep suku dan kebudayaannya telah memainkan peranan yang sangat penting dan sekaligus dramatis dalam percaturan masyarakat.
c. Perbedaan kepentingan
Manusia memang membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah untuk membentuk dirinya, karena itulah terjadi hubungan timbal balik sehingga manusia dikatakan sebagai mahluk sosial. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan berbeda-beda kebutuhannya, perbedaaan kebutuhan ini akan berubah menjadi kepentingan yang berbeda-beda.
d. Perubahan sosial
Kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala wajar sebagai akibat dari interelasi sosia! dalam pergaulan hidup antar manusia. Perubahan sosial dapat pula terjadi karena adanya perubahan--perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat. Pada masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan sosial akan timbul konflik sebagai proses pertentangan nilai dan norma yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat.
Bentuk-Bentuk Konflik berdasarkan Ruang Lingkupnya
1. Konflik Antarkelas
Kelas sosial merupakan penggolongan masyarakat atas dasar kriteria ekonomi dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini bisa berupa jabatan atau kekayaan. Dengan karakteristik tersebut masyarakat dapat digolongkan menjadi kelas atas dan kelas bawah. Karl Marx, seorang tokoh sosiologi, membedakan kelas sosial ini antara golongan kapitalis (pemilik modal) dengan golongan buruh. Ia mengamati adanya perbedaan yang menyolok antara kedua golongan itu. Terjadi penindasan pada kaum buruh oleh golongan kapitalis. Karl Marx yang dikenal sebagai tokoh sosialisme atau paham sosial memimpikan adanya masyarakat tanpa kelas, sehingga tidak lagi terjadi penindasan-penindasan dalam masyarakat.
Dalam konfliik antarkelas, tentu kelompok kelas atas akan menjadi lebih kuat. Dominasi kelompok atas menjadi lebih kuat terhadap kelompok bawah karena ketergantungan kelompok bawah pada kelompok atas. Kelompok kelas atas akan berusaha m engeksploitasi atau menggunakan semaksimal mungkin kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan dari kelompok bawah yang dipimpinnya.
2. Konflik Antarkelompok
Salah satu konsekuensi dari mobilitas sosial adalah terbentuknya kelompok sosial. Kelompok baru bisa timbul sebagai akibat dari perubahan kedudukan anggota masyarakat. Kelompok baru bisa terbentuk karena ada mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Misalnya seseorang yang menjadi anggota partai politik. Tujuan sebuah partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dalam ketatanegaraan. Hal ini berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat dengan partai politik lain.
Ketika akan berlangsung pemilihan umum (pemilu) setiap partai politik akan berkampanye untuk berusaha menarik simpati dari masyarakat. Sering cara-cara berkampanye untuk menjaring suara masyarakat yang dilakukan oleh suatu partai, tidak disetujui oleh partai lain. Akibatnya timbul konb ik antarpartai politik tersebut. Konb ik ini bahkan sering pula berdampak pada kekerasan ? sik. Karena yang berkonb ik adalah partai maka terjadi secara massal (antarkelompok), yaitu antara anggota dan simpatisan partai politik yang satu dengan anggota simpatisan partai politik yang lain. Karena partai politik bertujuan untuk merebut kekuasaan kelas atas, maka sebab terjadinya konb ik antarkelompok ini adalah mobilitas vertikal.
3. Konflik Antargenerasi
Setiap kurun waktu akan diisi oleh generasi yang berbeda. Setiap perjalanan waktu akan membawa perubahan dalam nilai dan norma sosial. Seringkali pada suatu kurun waktu, terjadi perbedaan pemahaman nilai dan norma antara generasi muda dengan generasi tua. Perbedaan ini tidak jarang menjadi sumber konb ik sosial. Misalnya r eformasi yang beberapa waktu lalu didengungkan masyarakat dengan diawali oleh gerakan mahasiswa, menjadi sumber konb ik yang luar biasa. Konb ik ini tidak hanya meminta korban harta benda, tetapi juga nyawa manusia.
Pemahaman tentang demokrasi yang ideal bagi mahasiswa diharapkan dapat menggantikan tatanan kepemimpinan nasional. Dengan jiwa dan semangat juang yang tinggi, generasi muda berkeinginan agar terjadi perubahan secara total dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan. Namun, generasi tua yang sedang berkuasa tidak menginginkan hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa perubahan boleh terjadi, asalkan bersifat gradual (bertahap) tetapi tidak bersifat total Perbedaan nilai (kepemimpinan/kekuasaan) dan norma (cara melakukan perubahan) tentang tatanan politik, menyebabkan terjadinya konb ik antara generasi tua dengan generasi muda. Generasi tua belum siap dengan tuntutan generasi muda. Sedangkan generasi muda ingin secepatnya dapat dikabulkan semua tuntutannya. Nah, semoga peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga bagi generasi berikutnya.
4. Konflik Antaretnis, Agama, dan Golongan
Sebagai konsekuensi dari kemajemukan masyarakat adalah adanya perbedaan-perbedaan pada golongan masyarakat. Bila perbedaan yang ada disikapi sebagai suatu hal yang bisa menambah khasanah pemikiran kemajuan bangsa, maka perbedaan itu akan saling diterima dengan baik, bahkan bisa mempererat tali persaudaraan. Tetapi bila perbedaan pendapat dari pihak lain disikapi sebagai sesuatu yang harus dilenyapkan, maka konb ik itu akan berdampak pada pertikaian ? sik seperti perkelahian, perang, pembunuhan, dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan ini menyimpan suatu potensi konb ik yang dapat membahayakan keutuhan bangsa. Dampak dari konb ik yang timbul antaretnis, antaragama, dan antargolongan merupakan dampak k onb ik horizontal. Biasanya konb ik ini akan saling melengkapi, misalnya ketika terjadi konb ik antaretnis lalu ditambah dengan konb ik antargolongan dan sebagainya. Tetapi ada pula konb ik yang hanya pada satu masalah saja, misalnya konb ik antargolongan saja atau konb ik hanya antaretnis.
Penyelesaian Konflik
Menurut George Simmel terdapat beberapa cara penyelesaian konflik yaitu;
1. Kemenangan
2. Kompromi atau perundingan
3. Rekonsiliasi
4. Saling memaafkan
5. Pencapaian sepakat
Konflik bukanlah satu-satunya kenyataan dalam masyarakat. Pada hakikatnya manusia memimemiliki sifat kooperatif (bekerja sama). Para penganut teori fungsional melihat masyarakat sebagai suatu sistem dimana ada pembagian kerja yang meningkatkan orang-orang saling bekerjasama untuk meningkatkan kesehjateraan mereka.
Para penganut teori tersebut melihat pemerinatahan sebagai alat untuk mengkoordinasi usaha bersama guna mencapai sasaran yang dipandang penting oleh konsensus {kepentingan) masyarakat. Konsensus (seringkali) dicapai melalui proses negoisasi, perbedaan pendapat dan kompromi yang disebut politik.
Masyarakat memiliki berbagai cara dan upaya untuk dapat meredam konflik atau menghilangkan konflik. Salah satunya dengan mekanisme katup pengaman, beberap contoh diantaranya adalah;
1. Melakukan sindiran Sindiran merupakan ungkapan rasa tidak suka atau tidak setuju terhadap suatu tindakan sosial. Sindiran dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk dapat meredam konflik.
2. Adanya pihak ketiga sebagai penengah Yaitu dengan mengadukan rasa tidak suka atau tidak setuju itu kepada pihak lain yang akan memberikan jalan keluar atas tindakan sosia yang disetujui.
3. Musyawarah Musyawarah merupakan cara untuk mempertemukan kesalahpahaman yang terjadi terhadap tindakan sosial yang tidak disetujui. Dengan musyawarah disepakati hal-hal yang dapat menjaga kebersamaan untuk menghindari konflik.
Beberapa upaya untuk mengurangi konflik adalah:
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan lapang
4. Perasaan empati terhadap orang lain.
**
Sumber Rerefensi:
Elisanti, Titin Rostini. 2009. Sosiologi 2 : untuk SMA / MA Kelas XI IPS. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Puji Raharjo. 2009. Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
(sumber: NU Online)
Peperangan adalah konsekuensi logis dari sebuah konflik. Konflik yang berarti pertentangan merupakan sebuah proses kehidupan sosial manusia yang sangat kompleks. Perang yang terjadi diberbagai negara (salah satu contohnya adalah Israel dengan Palestina) adalah merupakan benturan kepentingan yang terjadi antara dua negara tersebut yang tidak mendapatkan titik temu.
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar kita pun sering terjadi berbagai konflik, yang apabila tidak kita pahami sebagai sebuah proses sosial konflik dapat mengakibatkan kehancuran. Sebagai contoh, Seorang siswa menolak keinginan orang tuanya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Dalam hatinya terjadi konflik, yaitu ia tidak ingin mengecewakan hati orang tuanya tetapi ia juga tidak mau melanjutkan kuliah
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari bahasa latin, yaitu “configure”, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis dapat diartikan sebagai proses sosial di mana terdapat gejala-gejala untuk menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan, konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang tersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik tidak hanya bersifat lahiriah tapi dapat terjadi dalam bathin yaitu konflik bathin. Konflik bathin adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Para ahli sosiologi memberikan definisi tentang konflik sebagai berikut:
1. Konflik adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan (Soejono Soekanto)
2. Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status atau kekuasaan sebagai tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukan saingannya. (Robert M.Z Lawang)
Dari dua pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konflik merupakan sebuah proses sosial yang berbentuk pertentangan antar orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan berupa nilai, status dan kekuasaan yang dilakukan dengan ancaman dan kekerasan.
Kepentingan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Jika individu berhasil dalam memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas, tetapi sebaliknya kegagalan daiam memenuhinya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
Penyebab Terjadinya Konflik
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik dalam masyarakat, di antaranya adanya suatu permasalahan atau perselisihan berkaitan dengan mobilitas individu, atau kelompok dan distribusi/pembagian sumber daya ekonomi, sosial, dan politik yang tidak diselesaikan secara kompromi.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat beberapa faktor penyebab konflik yaitu:
a. Perbedaan antar individu
Sebagai mahluk individu, manusia memiliki karakter yang khas menurut corak kepribadiannya. Setiap individu berkembang sejalan dengan ciri-ciri khasnya, walaupun berada dalam lingkungan yang sama. Pada saat interaksi berlangsung individu akan mengalami proses adaptasi dan pertentangan dengan individu lainnya. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka akan terjadi konflik.
Contoh, Arie anak yang baru berusia 5 tahun meminta ayahnya untuk membelikannya handphone. Ayahnya belum mau membelikan Arie handphone karena Arie masih kecil dan belum begitu membutuh-kan alat tersebut. Akhimya Arie marah dan melakukan mogok belajar.
b. Perbedaan kebudayaan
Kebudayaan seringkali dianggap sebagai sebuah ideologi, sehingga memicu terjadinya konflik. Anggapan yang berlebihan terhadap kebudayaan yang dimiliki oleh sebuah kelompok menempatkan kebudayaan sebuah sebuah tingkatan sosial. Sehingga kebudayaan miliki sendiri dianggap lebih tinggi daripada kebudayaan lain. Dalam catatan sejarah umat manusia konsep suku dan kebudayaannya telah memainkan peranan yang sangat penting dan sekaligus dramatis dalam percaturan masyarakat.
c. Perbedaan kepentingan
Manusia memang membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah untuk membentuk dirinya, karena itulah terjadi hubungan timbal balik sehingga manusia dikatakan sebagai mahluk sosial. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan berbeda-beda kebutuhannya, perbedaaan kebutuhan ini akan berubah menjadi kepentingan yang berbeda-beda.
d. Perubahan sosial
Kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala wajar sebagai akibat dari interelasi sosia! dalam pergaulan hidup antar manusia. Perubahan sosial dapat pula terjadi karena adanya perubahan--perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat. Pada masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan sosial akan timbul konflik sebagai proses pertentangan nilai dan norma yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat.
Bentuk-Bentuk Konflik berdasarkan Ruang Lingkupnya
1. Konflik Antarkelas
Kelas sosial merupakan penggolongan masyarakat atas dasar kriteria ekonomi dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini bisa berupa jabatan atau kekayaan. Dengan karakteristik tersebut masyarakat dapat digolongkan menjadi kelas atas dan kelas bawah. Karl Marx, seorang tokoh sosiologi, membedakan kelas sosial ini antara golongan kapitalis (pemilik modal) dengan golongan buruh. Ia mengamati adanya perbedaan yang menyolok antara kedua golongan itu. Terjadi penindasan pada kaum buruh oleh golongan kapitalis. Karl Marx yang dikenal sebagai tokoh sosialisme atau paham sosial memimpikan adanya masyarakat tanpa kelas, sehingga tidak lagi terjadi penindasan-penindasan dalam masyarakat.
Dalam konfliik antarkelas, tentu kelompok kelas atas akan menjadi lebih kuat. Dominasi kelompok atas menjadi lebih kuat terhadap kelompok bawah karena ketergantungan kelompok bawah pada kelompok atas. Kelompok kelas atas akan berusaha m engeksploitasi atau menggunakan semaksimal mungkin kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan dari kelompok bawah yang dipimpinnya.
2. Konflik Antarkelompok
Salah satu konsekuensi dari mobilitas sosial adalah terbentuknya kelompok sosial. Kelompok baru bisa timbul sebagai akibat dari perubahan kedudukan anggota masyarakat. Kelompok baru bisa terbentuk karena ada mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Misalnya seseorang yang menjadi anggota partai politik. Tujuan sebuah partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dalam ketatanegaraan. Hal ini berakibat pada terjadinya persaingan yang ketat dengan partai politik lain.
Ketika akan berlangsung pemilihan umum (pemilu) setiap partai politik akan berkampanye untuk berusaha menarik simpati dari masyarakat. Sering cara-cara berkampanye untuk menjaring suara masyarakat yang dilakukan oleh suatu partai, tidak disetujui oleh partai lain. Akibatnya timbul konb ik antarpartai politik tersebut. Konb ik ini bahkan sering pula berdampak pada kekerasan ? sik. Karena yang berkonb ik adalah partai maka terjadi secara massal (antarkelompok), yaitu antara anggota dan simpatisan partai politik yang satu dengan anggota simpatisan partai politik yang lain. Karena partai politik bertujuan untuk merebut kekuasaan kelas atas, maka sebab terjadinya konb ik antarkelompok ini adalah mobilitas vertikal.
3. Konflik Antargenerasi
Setiap kurun waktu akan diisi oleh generasi yang berbeda. Setiap perjalanan waktu akan membawa perubahan dalam nilai dan norma sosial. Seringkali pada suatu kurun waktu, terjadi perbedaan pemahaman nilai dan norma antara generasi muda dengan generasi tua. Perbedaan ini tidak jarang menjadi sumber konb ik sosial. Misalnya r eformasi yang beberapa waktu lalu didengungkan masyarakat dengan diawali oleh gerakan mahasiswa, menjadi sumber konb ik yang luar biasa. Konb ik ini tidak hanya meminta korban harta benda, tetapi juga nyawa manusia.
Pemahaman tentang demokrasi yang ideal bagi mahasiswa diharapkan dapat menggantikan tatanan kepemimpinan nasional. Dengan jiwa dan semangat juang yang tinggi, generasi muda berkeinginan agar terjadi perubahan secara total dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan. Namun, generasi tua yang sedang berkuasa tidak menginginkan hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa perubahan boleh terjadi, asalkan bersifat gradual (bertahap) tetapi tidak bersifat total Perbedaan nilai (kepemimpinan/kekuasaan) dan norma (cara melakukan perubahan) tentang tatanan politik, menyebabkan terjadinya konb ik antara generasi tua dengan generasi muda. Generasi tua belum siap dengan tuntutan generasi muda. Sedangkan generasi muda ingin secepatnya dapat dikabulkan semua tuntutannya. Nah, semoga peristiwa tersebut menjadi pelajaran berharga bagi generasi berikutnya.
4. Konflik Antaretnis, Agama, dan Golongan
Sebagai konsekuensi dari kemajemukan masyarakat adalah adanya perbedaan-perbedaan pada golongan masyarakat. Bila perbedaan yang ada disikapi sebagai suatu hal yang bisa menambah khasanah pemikiran kemajuan bangsa, maka perbedaan itu akan saling diterima dengan baik, bahkan bisa mempererat tali persaudaraan. Tetapi bila perbedaan pendapat dari pihak lain disikapi sebagai sesuatu yang harus dilenyapkan, maka konb ik itu akan berdampak pada pertikaian ? sik seperti perkelahian, perang, pembunuhan, dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan ini menyimpan suatu potensi konb ik yang dapat membahayakan keutuhan bangsa. Dampak dari konb ik yang timbul antaretnis, antaragama, dan antargolongan merupakan dampak k onb ik horizontal. Biasanya konb ik ini akan saling melengkapi, misalnya ketika terjadi konb ik antaretnis lalu ditambah dengan konb ik antargolongan dan sebagainya. Tetapi ada pula konb ik yang hanya pada satu masalah saja, misalnya konb ik antargolongan saja atau konb ik hanya antaretnis.
Penyelesaian Konflik
Menurut George Simmel terdapat beberapa cara penyelesaian konflik yaitu;
1. Kemenangan
2. Kompromi atau perundingan
3. Rekonsiliasi
4. Saling memaafkan
5. Pencapaian sepakat
Konflik bukanlah satu-satunya kenyataan dalam masyarakat. Pada hakikatnya manusia memimemiliki sifat kooperatif (bekerja sama). Para penganut teori fungsional melihat masyarakat sebagai suatu sistem dimana ada pembagian kerja yang meningkatkan orang-orang saling bekerjasama untuk meningkatkan kesehjateraan mereka.
Para penganut teori tersebut melihat pemerinatahan sebagai alat untuk mengkoordinasi usaha bersama guna mencapai sasaran yang dipandang penting oleh konsensus {kepentingan) masyarakat. Konsensus (seringkali) dicapai melalui proses negoisasi, perbedaan pendapat dan kompromi yang disebut politik.
Masyarakat memiliki berbagai cara dan upaya untuk dapat meredam konflik atau menghilangkan konflik. Salah satunya dengan mekanisme katup pengaman, beberap contoh diantaranya adalah;
1. Melakukan sindiran Sindiran merupakan ungkapan rasa tidak suka atau tidak setuju terhadap suatu tindakan sosial. Sindiran dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk dapat meredam konflik.
2. Adanya pihak ketiga sebagai penengah Yaitu dengan mengadukan rasa tidak suka atau tidak setuju itu kepada pihak lain yang akan memberikan jalan keluar atas tindakan sosia yang disetujui.
3. Musyawarah Musyawarah merupakan cara untuk mempertemukan kesalahpahaman yang terjadi terhadap tindakan sosial yang tidak disetujui. Dengan musyawarah disepakati hal-hal yang dapat menjaga kebersamaan untuk menghindari konflik.
Beberapa upaya untuk mengurangi konflik adalah:
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan lapang
4. Perasaan empati terhadap orang lain.
**
Sumber Rerefensi:
Elisanti, Titin Rostini. 2009. Sosiologi 2 : untuk SMA / MA Kelas XI IPS. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Puji Raharjo. 2009. Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar untuk "Pembahasan Lengkap Materi Konflik Sosial (Pengertian, Penyebab, Bentuk-bentuk, dan Penyelesaianya)"
Posting Komentar