Mengenal Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu, Wanita yang Berani Menentang Arya Bakoy

Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu

Ratu Nihrasiyah Khadiyu adalah Sulthanah terakhir dari Kerajaan Islam Samudera Pasai yang memerintah tahun 801 - 831 H (1400 - 1428 M), setelah mangkat ayahnya Sultan Zainal Abidin Malikud Dhahir yang memerintah Kerajaan Pasai tahun 750 - 798 H (1350 - 1359 M). 


Sultan Zainal Abidin, ayah Ratu Nihrasiyah, mangkat dalam suatu pertempuran perebutan kekuasaan oleh panglimanya Lakseumana Nagur Rabath Abdulkadir Syah, yang kemudian ia dibunuh oleh perwira bawahannya yang bernama Arya Bakoy, yang juga menjabat Syahbandar Samudera Pasai. Arya Bakoy kemudian kawin dengan janda Zainal Abidin, yang berarti menjadi ayah tiri dari Ratu Nihrasiyah.

Sebagai membalas jasa kepada Arya Bakoy yang telah membunuh pembunuh ayahnya, maka Ratu Nihrasiyah mengangkat ayah tirinya itu menjadi Perdana Menteri Kerajaan Samudera Pasai dengan gelar Maharaja Bakoy Ahmad Permala. Tetapi ternyata kemudian bahwa Arya Bakoy adalah penganut ajarah Wahdatul Wujud yang telah jauh menyimpang dari ajaran aslinya, dan membunuh orang-orang yang menentang ajarannya itu. Menurut ajaran Arya Bakoy, seseorang boleh kawin dengan anak kandungnya sendiri, karena ia sendiri ingin kawin dengan putri kandungnya yang cantik bernama Puteri Madoong Peria.

Karena Ratu Nihrasiyah menentang ajaran Arya Bakoy yang akan mengawini puteri kandungnya sendiri itu, maka Perdana Menteri Arya Bakoy berusaha merebut kekuasaan dari Ratu Nihrasiyah. Ratu menyuruh menangkap Arya Bakoy, dan dalam suatu "perang tanding" dengan Malik Mustafa, suami Ratu yang bergelar Pocut Cindai Simpul Alam maka Arya Bakoy tewas.

Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan Ratu Nihrasiyah mencapai puncak kemajuan. Kalau kakeknya, Sultan Malikus Saleh yang memerintah tahun 659 - 688 H (1261 - 1289 M), adalah pembangun awal dari tamaddun Islam di Samudera Pasai, maka Ratu Nihrasiyah merupakan penyempurna pembangunan kerajaan itu, malah pada zamannya kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak tamaddun, yang menjadi azas kuat bagi tamaddun kerajaan Aceh Darussalam, setelah pada tahun 1611 M, Kerajaan Islam Samudera Pasai digabungkan ke dalam Kerajaan Aceh Darussalam.

 Makam Ratu Nihrasiyah yang terletak dalam komplek Makam Raja-Raja Samudera Pasai, merupakan sebuah makam yang terindah, dengan ukiran kaligrafi ayat-ayat AlQur'an yang bernilai seni tinggi dan mengagumkan.



***
Referensi:

Ali Hasjmy. 1993. Wanita Aceh Dalam Pemerintahan dan Peperangan. Banda Aceh - Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy

Tidak ada komentar untuk "Mengenal Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu, Wanita yang Berani Menentang Arya Bakoy"