Materi Perilaku Menyimpang (Pengertian, Ciri-ciri, Penyebab dan Bentuk-bentuknya)
Sosialisasi yang dijalani individu tidak selalu berhasil menumbuhkan nilai dan norma sosial dalam jiwa individu. Akibat kegagalan mensosialisasikan nilai dan norma sosial itu, kadang kala individu melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku di masyarakat. Terjadilah aneka bentuk perilaku menyimpang yang merusak ketertiban sosial. Bagaimana perilaku menyimpang di masyarakat terjadi? Apakah faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang? Pertanyaan tersebut hanya sebagian permasalahan yang akan kita jawab melalui pembahasan tentang perilaku menyimpang.
1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana pun dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Sepanjang perilaku menyimpang terjadi, keseimbangan dalam masyarakat akan terganggu. Banyaknya kejahatan di masyarakat menunjukkan adanya pelanggaran nilai dan norma. Dari hari ke hari modus kejahatan semakin kompleks. Masyarakat yang terkena dampaknya pun semakin luas. Lantas, apakah fenomena sosial ini menunjukkan tidak ada lagi aturan di masyarakat?
Sesungguhnya masyarakat menginginkan terwujudnya ketertiban sosial. Ketertiban sosial dapat terwujud jika individu mematuhi nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Melalui sosialisasi, individu menginternalisasi nilai dan norma sehingga terciptalah konformitas dalam masyarakat. Konformitas merupakan suatu bentuk interaksi yang mendorong individu bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap nilai dan norma kelompok dalam masyarakat (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996).
Lebih luas lagi, para ahli berusaha mendefinisikan pengertian perilaku menyimpang. Robert M. Z. Lawang (1985) beranggapan bahwa perilaku menyimpang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
2. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Banyak ahli telah meneliti tentang ciri-ciri perilaku menyimpang di masyarakat. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996), ciri-ciri yang bisa diketahui dari perilaku menyimpang sebagai berikut.
a. Suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang.
b. Penyimpangan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap si pelaku menyimpang.
c. Ada perilaku menyimpang yang bisa diterima dan ada yang ditolak.
d. Mayoritas orang tidak sepenuhnya menaati peraturan sehingga ada bentuk penyimpangan yang tersamar dan ada yang mutlak.
e. Penyimpangan bisa terjadi terhadap budaya ideal dan budaya riil. Budaya ideal merupakan tata kelakuan dan kebiasaan yang secara formal disetujui dan diharapkan diikuti oleh anggota masyarakat. Sedangkan budaya riil mencakup hal-hal yang betul-betul mereka laksanakan.
f. Apabila ada peraturan hukum yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat banyak orang, biasanya muncul norma penghindaran.
Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Mengapa banyak orang mengebut di jalan raya dengan mengabaikan keselamatan pemakai jalan lainnya? Mengapa terjadi kasus sodomi yang menimpa anak-anak jalanan? Mengapa ada anak tega menganiaya orang tuanya gara-gara tidak dibelikan sepeda motor? Daftar pertanyaan ini dapat terus diperpanjang dan ditambah untuk mengungkapkan berbagai kriminalitas yang merebak di lingkungan sekitar kita.
Tidak ada jawaban tunggal untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang. Namun, Menurut Abdul Syani (1987) ada beberapa alasan umum bisa diungkapkan guna membantu kalian memahami fenomena ini.
Pertama, seseorang berperilaku menyimpang karena mengamati perilaku menyimpang yang dilakukan orang lain. Jika orang itu merasa ada keuntungan dari tindakan yang dilakukannya, orang tersebut cenderung mengulanginya. Individu lain yang menginginkan hasil yang sama lantas meniru tindakan itu.
Kedua, seseorang berperilaku menyimpang karena lingkungan sekitar telah mempertontonkan aneka perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Biasanya yang menjadi korban adalah anak-anak. Mereka belum mempunyai filter yang kuat untuk memilah hal-hal baru yang datang kepadanya. Sementara, orang dewasa di sekitarnya tidak intensif mensosialisasikan nilai dan norma ideal.
Ketiga, pengaruh media massa. Film tentang kriminalitas berpengaruh besar terhadap para penontonnya. Jika seseorang menonton film tentang kekerasan, maka setelah selesai menonton film dia akan bersikap seperti pelaku dalam film tersebut. Begitu juga tayangan reality show tentang kejahatan di televisi. Tingginya rating tayangan sejenis itu menunjukkan besarnya perhatian pemirsa terhadap acara ini sehingga membuka peluang besar bagi pemirsa untuk meniru berbagai kejahatan yang disaksikannya dari televisi.
Keeempat, karena adanya ikatan sosial yang berlainan sehingga individu terdorong untuk mengidentifikasi diri dengan kelompok yang paling dihargai. Sebagai makhluk sosial, individu masuk dalam banyak kelompok sosial. Namun, tidak semua kelompok sosial mempunyai kekuatan pengaruh yang seimbang. Selalu ada kelompok sosial yang lebih dominan pengaruhnya atas diri individu. Mungkin karena individu merasa nyaman berada dalam kelompok tertentu sehingga dia rela mengidentifikasi sikap, pemikiran, dan tingkah lakunya dengan yang dilakukan kelompok.
Namun, ketika hal ini dibawa ke kelompok sosial lain, kemungkinan besar terjadi ketidaksesuaian. Jika individu terus bersikukuh dengan pilihannya dan enggan menyesuaikan diri dengan kondisi kelompok lain, maka dia akan dicap devian.
Kelima, karena individu mengalami ganguan mental. Akibatnya sosialisasi tidak bisa optimal dijalani. Banyak nilai dan norma yang tidak dipahami sehingga orang tersebut berbuat di luar nilai dan norma yang berlaku.
Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Nilai dan norma sosial wajib dipatuhi oleh semua warga masyarakat. Akan tetapi, tidak semua individu bersedia mematuhinya. Timbullah berbagai bentuk perilaku menyimpang. Banyak sekali bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Para sosiolog pun mencoba menggolongkan berbagai perilaku menyimpang tersebut
Berdasarkan jumlah pelakunya, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi penyimpangan individual (individual deviation) dan penyimpangan kolektif (group deviation). Tidak ada orang lain yang ikut melakukan tindakan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Penyimpangan individual disebabkan karena kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku jahat. Sedangkan penyimpangan kolektif ialah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat secara bersama-sama. Terjadinya penyimpangan kelompok disebabkan karena mereka lebih patuh pada norma kelompoknya walaupun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Setiap anggota kelompok berusaha mematuhi norma kelompok agar dia tidak disingkirkan dari kelompoknya.
Terdapat pula penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer digunakan untuk menyebut perilaku aneh, tidak lazim, dan keluar dari aturan sosial yang dilakukan warga masyarakat untuk pertama kalinya. Tindakan tersebut dianggap wajar oleh pelakunya, tetapi dianggap menyimpang oleh sebagian besar anggota masyarakat yang lain. Ketika pelaku melakukan penyimpangan primer, lingkungan memberikan cap/label kepadanya. Sebagai reaksi terhadap cap yang dilekatkan, pelaku terus-menerus melakukan perbuatan menyimpang tersebut. Terjadilah penyimpangan sekunder.
Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan yang dilakukan secara berulang-ulang, dan menurut masyarakat penyimpangan tersebut tidak lagi dalam batas yang wajar.
Kartini Kartono (1983) menjelaskan urutan terjadinya penyimpangan sekunder sebagaimana berikut.
a. Dimulai dengan penyimpangan primer.
b. Muncul reaksi-reaksi sosial, hukuman, dan sanksi-sanksi.
c. Pengembangan dari penyimpangan-penyimpangan primer.
d. Reaksi sosial dan penolakan yang lebih hebat dari masyarakat.
e. Pengembangan deviasi lebih lanjut disertai pengorganisasian yang lebih rapi, timbul sikap permusuhan serta dendam penuh kebencian terhadap masyarakat yang menghukum mereka.
f. Kesabaran masyarakat sudah sampai pada batas akhir, dibarengi penghukuman, tindakan-tindakan keras, dan mengecam tindakan penyimpangan itu sebagai noda masyarakat atau sebagai stigma sosial.
g. Timbul reaksi kedongkolan dan kebencian di pihak penyimpang, disertai intensifikasi tingkah laku yang sosiopatik sehingga berkembang menjadi deviasi sekunder. Hilanglah kontrol-kontrol rasional dan dirinya menjadi budak dari nafsu-nafsu serta kebiasaan-kebiasaan yang abnormal.
h. Masyarakat menerima tingkah laku abnormal itu dan melekatkannya sebagai status sosial terhadap si pelaku penyimpangan.
**
Sumber Rerefensi:
Joko Sri Sukardi, Arif Rohman. 2009. Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA / oleh . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

1. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana pun dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Sepanjang perilaku menyimpang terjadi, keseimbangan dalam masyarakat akan terganggu. Banyaknya kejahatan di masyarakat menunjukkan adanya pelanggaran nilai dan norma. Dari hari ke hari modus kejahatan semakin kompleks. Masyarakat yang terkena dampaknya pun semakin luas. Lantas, apakah fenomena sosial ini menunjukkan tidak ada lagi aturan di masyarakat?
Sesungguhnya masyarakat menginginkan terwujudnya ketertiban sosial. Ketertiban sosial dapat terwujud jika individu mematuhi nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Melalui sosialisasi, individu menginternalisasi nilai dan norma sehingga terciptalah konformitas dalam masyarakat. Konformitas merupakan suatu bentuk interaksi yang mendorong individu bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap nilai dan norma kelompok dalam masyarakat (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1996).
Lebih luas lagi, para ahli berusaha mendefinisikan pengertian perilaku menyimpang. Robert M. Z. Lawang (1985) beranggapan bahwa perilaku menyimpang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.
2. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Banyak ahli telah meneliti tentang ciri-ciri perilaku menyimpang di masyarakat. Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1996), ciri-ciri yang bisa diketahui dari perilaku menyimpang sebagai berikut.
a. Suatu perbuatan disebut menyimpang bilamana perbuatan itu dinyatakan sebagai menyimpang.
b. Penyimpangan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap si pelaku menyimpang.
c. Ada perilaku menyimpang yang bisa diterima dan ada yang ditolak.
d. Mayoritas orang tidak sepenuhnya menaati peraturan sehingga ada bentuk penyimpangan yang tersamar dan ada yang mutlak.
e. Penyimpangan bisa terjadi terhadap budaya ideal dan budaya riil. Budaya ideal merupakan tata kelakuan dan kebiasaan yang secara formal disetujui dan diharapkan diikuti oleh anggota masyarakat. Sedangkan budaya riil mencakup hal-hal yang betul-betul mereka laksanakan.
f. Apabila ada peraturan hukum yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat banyak orang, biasanya muncul norma penghindaran.
Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Mengapa banyak orang mengebut di jalan raya dengan mengabaikan keselamatan pemakai jalan lainnya? Mengapa terjadi kasus sodomi yang menimpa anak-anak jalanan? Mengapa ada anak tega menganiaya orang tuanya gara-gara tidak dibelikan sepeda motor? Daftar pertanyaan ini dapat terus diperpanjang dan ditambah untuk mengungkapkan berbagai kriminalitas yang merebak di lingkungan sekitar kita.
Tidak ada jawaban tunggal untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang. Namun, Menurut Abdul Syani (1987) ada beberapa alasan umum bisa diungkapkan guna membantu kalian memahami fenomena ini.
Pertama, seseorang berperilaku menyimpang karena mengamati perilaku menyimpang yang dilakukan orang lain. Jika orang itu merasa ada keuntungan dari tindakan yang dilakukannya, orang tersebut cenderung mengulanginya. Individu lain yang menginginkan hasil yang sama lantas meniru tindakan itu.
Kedua, seseorang berperilaku menyimpang karena lingkungan sekitar telah mempertontonkan aneka perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Biasanya yang menjadi korban adalah anak-anak. Mereka belum mempunyai filter yang kuat untuk memilah hal-hal baru yang datang kepadanya. Sementara, orang dewasa di sekitarnya tidak intensif mensosialisasikan nilai dan norma ideal.
Ketiga, pengaruh media massa. Film tentang kriminalitas berpengaruh besar terhadap para penontonnya. Jika seseorang menonton film tentang kekerasan, maka setelah selesai menonton film dia akan bersikap seperti pelaku dalam film tersebut. Begitu juga tayangan reality show tentang kejahatan di televisi. Tingginya rating tayangan sejenis itu menunjukkan besarnya perhatian pemirsa terhadap acara ini sehingga membuka peluang besar bagi pemirsa untuk meniru berbagai kejahatan yang disaksikannya dari televisi.
Keeempat, karena adanya ikatan sosial yang berlainan sehingga individu terdorong untuk mengidentifikasi diri dengan kelompok yang paling dihargai. Sebagai makhluk sosial, individu masuk dalam banyak kelompok sosial. Namun, tidak semua kelompok sosial mempunyai kekuatan pengaruh yang seimbang. Selalu ada kelompok sosial yang lebih dominan pengaruhnya atas diri individu. Mungkin karena individu merasa nyaman berada dalam kelompok tertentu sehingga dia rela mengidentifikasi sikap, pemikiran, dan tingkah lakunya dengan yang dilakukan kelompok.
Namun, ketika hal ini dibawa ke kelompok sosial lain, kemungkinan besar terjadi ketidaksesuaian. Jika individu terus bersikukuh dengan pilihannya dan enggan menyesuaikan diri dengan kondisi kelompok lain, maka dia akan dicap devian.
Kelima, karena individu mengalami ganguan mental. Akibatnya sosialisasi tidak bisa optimal dijalani. Banyak nilai dan norma yang tidak dipahami sehingga orang tersebut berbuat di luar nilai dan norma yang berlaku.
Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Nilai dan norma sosial wajib dipatuhi oleh semua warga masyarakat. Akan tetapi, tidak semua individu bersedia mematuhinya. Timbullah berbagai bentuk perilaku menyimpang. Banyak sekali bentuk perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat. Para sosiolog pun mencoba menggolongkan berbagai perilaku menyimpang tersebut
Berdasarkan jumlah pelakunya, perilaku menyimpang dapat digolongkan menjadi penyimpangan individual (individual deviation) dan penyimpangan kolektif (group deviation). Tidak ada orang lain yang ikut melakukan tindakan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Penyimpangan individual disebabkan karena kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku jahat. Sedangkan penyimpangan kolektif ialah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat secara bersama-sama. Terjadinya penyimpangan kelompok disebabkan karena mereka lebih patuh pada norma kelompoknya walaupun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Setiap anggota kelompok berusaha mematuhi norma kelompok agar dia tidak disingkirkan dari kelompoknya.
Terdapat pula penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer digunakan untuk menyebut perilaku aneh, tidak lazim, dan keluar dari aturan sosial yang dilakukan warga masyarakat untuk pertama kalinya. Tindakan tersebut dianggap wajar oleh pelakunya, tetapi dianggap menyimpang oleh sebagian besar anggota masyarakat yang lain. Ketika pelaku melakukan penyimpangan primer, lingkungan memberikan cap/label kepadanya. Sebagai reaksi terhadap cap yang dilekatkan, pelaku terus-menerus melakukan perbuatan menyimpang tersebut. Terjadilah penyimpangan sekunder.
Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan yang dilakukan secara berulang-ulang, dan menurut masyarakat penyimpangan tersebut tidak lagi dalam batas yang wajar.
Kartini Kartono (1983) menjelaskan urutan terjadinya penyimpangan sekunder sebagaimana berikut.
a. Dimulai dengan penyimpangan primer.
b. Muncul reaksi-reaksi sosial, hukuman, dan sanksi-sanksi.
c. Pengembangan dari penyimpangan-penyimpangan primer.
d. Reaksi sosial dan penolakan yang lebih hebat dari masyarakat.
e. Pengembangan deviasi lebih lanjut disertai pengorganisasian yang lebih rapi, timbul sikap permusuhan serta dendam penuh kebencian terhadap masyarakat yang menghukum mereka.
f. Kesabaran masyarakat sudah sampai pada batas akhir, dibarengi penghukuman, tindakan-tindakan keras, dan mengecam tindakan penyimpangan itu sebagai noda masyarakat atau sebagai stigma sosial.
g. Timbul reaksi kedongkolan dan kebencian di pihak penyimpang, disertai intensifikasi tingkah laku yang sosiopatik sehingga berkembang menjadi deviasi sekunder. Hilanglah kontrol-kontrol rasional dan dirinya menjadi budak dari nafsu-nafsu serta kebiasaan-kebiasaan yang abnormal.
h. Masyarakat menerima tingkah laku abnormal itu dan melekatkannya sebagai status sosial terhadap si pelaku penyimpangan.
**
Sumber Rerefensi:
Joko Sri Sukardi, Arif Rohman. 2009. Sosiologi : Kelas X untuk SMA / MA / oleh . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar untuk "Materi Perilaku Menyimpang (Pengertian, Ciri-ciri, Penyebab dan Bentuk-bentuknya)"
Posting Komentar